Jumat, 08 Juni 2012


Kenapa Alkitab dibahasakan dengan kata Perjanjian? 

(Roma 10:17)



Pernahkah terpikirkan oleh kita mengapa Alkitab harus terbagi dalam dua kelompok, Perjanjian Lama yang terdiri dari 39 kitab dan Perjanjian Baru yang terdiri dari 27 kitab? Saat pertama kali kita mengenal Alkitab, susunannya sudah seperti ini dan ini sudah final, tidak bisa ditambah dan dikurangi.
Mengapa Alkitab diistilahkan dengan kata Perjanjian? Bukankah dalam perjanjian minimal harus ada dua pihak, jika hanya ada satu pihak maka itu merupakan janji. Jika suatu saat seseorang tidak memenuhinya janjinya, maka kita bisa menuntutnya. Tetapi, dia tidak bisa menuntut kita karena hanya dialah yang berjanji. Berbeda dengan perjanjian, dua pihak harus mengikatkan diri dalam satu hukum yang mengharuskan mereka melakukan tugas dan kewajibannya dan tidak boleh saling merugikan.
Kalau Alkitab harus dibahasakan dengan kata “Perjanjian”, hal ini sebenarnya tidak fair buat Tuhan. Kenapa? Bagi Tuhan, padaNya tidak ada kemungkinan melanggar, tetapi manusia sebagai pihak kedua, Alkitab berkata bahwa tidak ada yang benar padanya. Jika ada dua pihak, yang satu serius dan yang satu kurang serius, apakah perjanjian dapat dilaksanakan? Normalnya kan tidak.
Manusia mendapatkan banyak dari Tuhan, tetapi apa yang Tuhan dapatkan dari manusia? Hal ini sebenarnya tidak fair. Tetapi, Alkitab tetap disebutkan dengan kata perjanjian, karena Allah memandang kita memiliki kemampuan untuk melaksanakan hukum. Hal ini saja sudah merupakan kasih karunia, sebab ada kepercayaan dari Tuhan untuk ini.
Kita menjalani hidup karena iman. Tetapi, kita tidak bisa berkata bahwa beriman itu cukup sudah percaya Tuhan. Setidaknya ada tiga aspek iman, Pertama : iman itu mempercayai. Percaya kepada Tuhan itu baik, tetapi sayangnya Alkitab juga berkata bahwa setanpun percaya. Kalau sekedar mempercayai, semua orang bisa berkata demikian. Tetapi, iman tidak cukup hanya diekspresikan dengan mempercayai.
Kedua : iman harus mempercayakan. Setelah kita mempercayai Tuhan, maka kita harus mempercayakan hidup kita kepada Tuhan. Selanjutnya, Tuhan yang percayakan hidupNya kepada kita. Yohanes 2 : 23 – 25, banyak orang datang kepada Yesus karena melihat tanda-tanda yang dilakukanNya. Tetapi, Yesus tidak mempercayakan diriNya kepada mereka. Kita bisa melakukan sesuatu, karena Tuhan mempercayakan kuasaNya pada kita.
Ketiga : iman harus melakukan sesuatu. Orang beriman harus berani bertindak berdasarkan iman kita untuk Tuhan, bukan hanya bagi diri sendiri. Kita telah menghabiskan banyak waktu untuk melakukan sesuatu bagi diri kita sendiri, tetapi sedikit waktu kita berikan untuk kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan Tuhan. Kalau waktu itupun ada, seringkali kita sudah takut duluan, merasa kurang pede karena tidak memenuhi kualifikasi yang ada. Padahal untuk menyempurnakan iman itu, kita harus melakukan ketiga hal ini.
Jika ini menjadi landasan bagi satu perjanjian, maka jelas manusia memiliki kemungkinan besar untuk melanggar. Tetapi, Alkitab tetap berisi hal-hal baik yang akan Tuhan nyatakan, sehingga muncullah kata perjanjian dalam Alkitab. Untuk itu, hal yang perlu kita lakukan adalah mencintai dan mengenali Firman Tuhan.
Alkitab berisi 1189 pasal, 31170 ayat, ditulis oleh 40 penulis tidak termasuk penulis kitab Mazmur. Tiap-tiap ayat mengandung inspirasi, dengan cara itulah pembaca diajak untuk melihat dan menemukan inspirasi agar dapat menggumuli imannya sesuai dengan tiga hal ini, sehingga hidupnya betul-betul berarti baik untuk dunia, terlebih untuk Tuhan.
Alkitab adalah landasan dimana iman itu betumbuh. Roma 10 : 17, “Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus”. Tetapi, kegiatan itu juga bisa disempurnakan dengan membaca dan merenungkan Firman. Sebuah kebohongan jika kita berkata memiliki iman, tetapi jarang membaca Alkitab.
Alkitab memiliki satu kitab yang secara unik ditulis dengan jumlah ayat yang sama, yaitu Kitab Ratapan. Kecuali Pasal 3, semua pasal diselesaikan dalam 22 ayat. Pasal 3 terdiri dari 66 ayat yang ditulis dalam 3 bait, dan tiap bait terdiri dari 22 ayat. Hal ini bukan kebetulan, karena orang Ibrani hanya mengenal 22 buah huruf. Ayat pertama dimulai dengan huruf pertama dalam abjad Ibrani, ayat kedua huruf kedua dan secara berurutan sampai ayat yang terakhir.
Kitab Ratapan adalah kitab tangisan dari Yeremia, melihat bangsanya dihukum oleh Tuhan karena tidak kunjung berubah. Perasaan yang berkecamuk ini akan menghasilkan tangisan yang sulit dikontrol, tetapi jika dilihat dalam tulisan Ibrani, tata bahasanya kitab Ratapan begitu indah. Jadi, yang Yeremia lakukan disini merupakan pewahyuan. Yang sedang berkecamuk adalah perasaan Yeremia, tapi tangisan yang keluar adalah sesuatu yang diinspirasi oleh Tuhan pada Yeremia.
Ratapan 3 : 22 – 24. Yeremia menangis, namun bahasa yang keluar adalah bahasa pengharapan, inilah sebuah inspirasi yang memang layak untuk menjadi sebuah Firman. Yeremia melihat ada sesuatu yang baik dibalik peristiwa tragis ini, karena Tuhan sedang mendisiplinkan bangsanya untuk dapat hidup lebih baik. Inilah inspirasi, karena itu Yeremia tetap berharap hanya kepada Tuhan. Temukan hal baik dalam setiap peristiwa hidup kita, termasuk peristiwa yang paling tragis sebab inilah inspirasi.
Mazmur 119, terdiri dari 176 ayat, dibagi dalam 22 bar (Jumlah huruf Ibrani), dan setiap bar terdiri dari 8 ayat. Jika kita memperhatikan dalam Alkitab, tiap 8 ayat terdapat sebuah spasi. 8 ayat dalam tiap bar dimulai dengan huruf Ibrani yang sama. Bar pertama huruf awalnya alef, kedua bet, begitu seterusnya sampai tau. Ini pewahyuan Tuhan, sebab itu tiap-tiap bar memiliki pesan-pesan tertentu yang secara bertingkat itu membuka satu kesempatan bagi pembacanya untuk menemukan jalan bagaimana hidup dalam iman. Tiap-tiap ayat dalam kitab Mazmur selalu ada singgungan tentang Firman, baik dalam pengistilahan yang berbeda seperti titah, hukum, ketetapan, dll, yang semuanya merujuk pada Firman Tuhan.
Mazmur 119 : 1 – 8. Kelompok ini ingin mengajak pembacanya untuk jujur dengan hatinya, apakah percaya sungguh kepada Tuhan. Melalui penulis kita diajak menemukan dalam diri kita ada atau tidak suatu keinginan untuk melakukan Firman Tuhan. Jangan dulu berkata kita percaya Tuhan jika kebenarannya tidak kita percayai sebab kita menjadi penipu. Untuk kebenaran absolut kita kurang mempercayainya, tetapi kebenaran yang relatif kita lebih mempercayainya dan bahkan menaruh harapan kita disana.
Mazmur 119 : 9 – 16. Ini spiritnya lebih baik dari kelompok yang pertama. Jika kita sudah memegang kebenaran Firman dan tidak mempercayai semua kebenaran yang relatif, barulah kita bisa masuk kepada kelompok kedua ini. Disini kita mulai membangkitkan kesenangan menikmati Firman, mencari waktu walau sulit untuk menikmati Firman Tuhan.
Jika Yeremia membangun harapannya dari sebuah hukuman yang Tuhan buat. Bagaimana dengan kita? Ingatlah bahwa ada hal baik dari setiap peristiwa yang Tuhan ijinkan kita alami. Yesaya 55 : 6, “Carilah TUHAN selama Ia berkenan ditemui; ...”. Artinya, masih ada kesempatan bagi kita mencari Tuhan. Kemurahan Tuhan masih mengijinkan kita yang tidak bisa melaksanakan Firman untuk diterima oleh Tuhan.
Itulah sebabnya Alkitab disebut dengan perjanjian, supaya kita tahu bahwa kita akan diterima Tuhan walaupun kita selalu berpotensi untuk melakukan kesalahan.Allah sediakan Firman supaya kita menemukan ayat-ayat yang akan membangkitkan harapan, sehingga kita percaya kepada Tuhan, mau mempercayakan hidup kita kepada Tuhan serta melakukan sesuatu untuk Tuhan, maka Tuhan akan melakukan sesuatu untuk kita. AMIN
  • Pdt. Haniel Van Der Krogt (www.gpdibethlehem.org)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar