Jumat, 08 Juni 2012


HIDUP INI BUKAN SEKEDAR SOAL MAKAN MINUM DAN KAWIN MAWIN

Lukas 20:27-40

Orang-orang Gerika, Yunani, mempunya prisnsif tentang hidup: “mari kita makan dan minum, menikmati segala kesenangan dalam hidup, karena besok kita akan mati.”! Saudara, pandangan hidup semacam ini tidak jarang juga dianut oleh kebanyakan orang di dunia ini. Sejak jaman Yesus pun ada sekelompok orang Saduki yang telah berpandangan hidup yang demikian. Mereka tidak percaya soal kebangkitan. Apabila manusia mati (begitu pandangan mereka), ya tamatlah riwayat manusia itu. Kematian hanya difahami sebagai penghambat segala rencana dan cita-cita manusia. Karenanya, mumpung kita hidup, nikmatilah apa yang bisa dinikmati sekarang, sebab jika kita telah mati, kita tidak dapat menikmatinya lagi! (ay. 27).

Pertanyaan orang-orang Saduki kepada Yesus bukan atas dasar ketidaktahuan mereka, tetapi lebih kepada pertanyaan jebakan untuk menjatuhkan Yesus tentang seluk-beluk kebabangkitan (ay. 28-33). Karena itu, tidak heran yang mereka pikirkan hanyalah soal perut mereka, soal kawin-mawin, soal nafsu dunia semata! Pemahaman seperti ini tentu bertentangan dengan iman Kristen kita, yang mempercayai adanya penghakiman dan kebangkitan (bdk. I Kor.15-16).

Saudara, iman kristen memandang bahwa hidup ini memang penting dan harus dijalankan dengan sebaik-baiknya. Namun hidup orang beriman bukanlah hanya sekedar soal makan dan minum atau sekedar kesenangan nafsu dunia semata! (bdk. Gal.5:16-21), tetapi hidup sebagai anak-anak terang (bdk. Ef.5:1-13). Itu artinya, bila kita hidup maka hidup kita harus memberi buah untuk memuliakan Kristus, karena tujuan hidup kita adalah Kristus. Jika kita mati sekali pun suatu saat nanti, tidak akan sia-sia karena berharga bagi Allah (bdk. Mzm. 116:15). Bahkan seperti kata Rasul Paulus, bahwa kematian orang percaya adalah suatu keuntungan (bdk. Flf. 1:21).

Hiduplah bagi Kristus, persiapkanlah tujuan akhir perjalanan iman kita sampai kepada hidup yang kekal. Kita harus senantiasa sadar dan berjaga-jaga. Janganlah hanya memikirkan dan menjalani hidup yang hanya untuk hawa nafsu kebinasaan. Hiduplah sebagai anak-anak Allah. Jika kita tahu bahwa hidup ini adalah berkat dari Tuhan, maka kita pun harus tahu pula bahwa hidup di dalam Tuhan adalah berkat. Jika kita tahu bahwa mati kita di dalam Tuhan tidak sia-sia, kita pun harus tahu pula apa yang mesti kita lakukan dan persiapkan untuk menuju kehidupan yang kekal! (ay. 34-38). AMIN!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar