Jumat, 08 Juni 2012

ALLAH TIDAK KOMPROMI TERHADAP DOSA

Yehezkiel 21:1-13 

Firman tentang “pedang" secara jelas menunjukkan hukuman ilahi yang akan datang atas Yerusalem (ay. 8-17). Hukuman atas Yerusalem dan bangsa Yehuda akan dilaksanakan dengan pedang (yaitu, oleh pasukan Babel) yang akan dipakai Allah untuk membinasakan mereka. Karena umat Allah tidak menerima tegoran Allah, maka Allah tidak ada pilihan lain selain menyerahkan mereka kepada pedang. Simbol Pedang sering dipakai sebagai simbol penghukuman Allah. Yehezkiel sendiri kerap memakai simbol pedang untuk menyatakan penghukuman Allah atas umat-Nya (Yeh. 5:17; 11:8; 12:14; dst.).

Dikatakan bahwa pedang akan melenyapkan orang benar dan orang fasik (ayat 3-4). Penghukuman Allah tidak pandang bulu. Namun, harus dimengerti perikop ini tidak bertentangan dengan pasal 18 yang menegaskan pertanggungjawaban setiap orang terhadap dosa masing-masing. Perikop ini sebaliknya mau menegaskan bahwa di mata Tuhan, tidak ada orang yang benar (Rm. 3:23). Kebenaran manusia di luar Tuhan adalah bagaikan kain kotor (bdk.Yes. 64:6). Pedang Tuhan ditujukan kepada para pemimpin umat, tetapi juga kepada seluruh umat (ay.12). Penghukuman Tuhan tidak padang bulu! Tuhan mengenal umat-Nya, luar dalam. Di mata-Nya tidak ada yang tersembunyi. Pemimpin bisa saja bermuka manis kepada rakyatnya, tetapi Tuhan tahu isi hati sesungguhnya.

Yehezkiel kali ini harus menujukan wajahnya ke arah Yerusalem dan mengucapkan banyak teguran kepada Israel yang telah menajiskan Bait Kudus Allah (ayat 1-2). Ia harus menyampaikan bahwa Tuhan telah menjadi lawan Israel dan hendak mencabut pedang-Nya untuk melenyapkan semua manusia dari Selatan sampai Utara (ayat 3-4). Yehezkiel disuruh bertepuk tangan (ay. 14) sementara menyampaikan nubuat ini. Tepuk tangan di sini bisa bermakna menyetujui tindakan Allah menghukum umat-Nya. Allah sendiri akan bertepuk tangan (ay.17) oleh karena penghukuman-Nya itu memuaskan rasa keadilan-Nya: "hati-Ku yang panas menjadi tenang kembali."

Kengerian malapetaka ini adalah bila senjata itu sudah membabat manusia, pedang petir ini tidak akan kembali ke sarungnya. Dan Yehezkiel disuruh menjadi model hidup. Ia harus mendramatisir kedahsyatan bencana ini dengan mengerang seperti seorang yang patah tulang pinggang, yang berada dalam kesengsaraan yang pahit (ayat 5-6). Ketika warga mengerti isi pesan ini, maka hati mereka akan menjadi tawar, semua tangan akan menjadi lemah lesu, segala semangat menghilang, dan semua orang akan terkencing-kencing ketakutan (ayat 7).

Sebelum mengklaim bahwa tindakan Allah yang telah dipaparkan ini sebagai bentuk kekejaman yang tidak berbelaskasihan, maka kita perlu memahami mengapa keputusan ini diambil oleh Allah. Allah tidak pernah menjatuhkan hukuman tanpa andil kesalahan manusia. Allah tidak dapat berpangku tangan melihat kenajisan dosa. Walaupun manusia dapat dengan sangat rapi membungkus dosa, tetapi dosa tetap kejijikan di hadapan Allah. Bila telah berulangkali manusia diperingatkan melalui berbagai cara namun tetap tidak mau menyesali dosanya, maka Allah tidak punya pilihan lain di dalam menyatakan disiplin-Nya. Ia mengizinkan suatu penghukuman dahsyat menimpa manusia.

Kita sama sekali tidak mempunyai alasan untuk mengklaim Allah itu kejam, karena Allah menindak manusia selaras dengan perbuatannya, di dalam kasih dan kedaulatan-Nya. Kasih dan kedaulatan-Nya yang nyata melalui disiplin keras akan mengajar Kristen tidak hidup sekehendak hati, tetapi mengarahkan hidup pada kehendak-Nya. Tidak ada seorang pun yang mampu bertahan dari penghukuman Allah. Dia berdaulat dan berkuasa atas umat manusia. Ini harus menjadi peringatan keras kepada setiap kita. Tuhan tidak main-main dalam menyatakan keadilan-Nya. Hanya pertobatan sejati di dalam Kristus yang melepaskan kita dari tuntutan darah yang disebabkan oleh dosa-dosa kita. Cepat cari Dia sebelum terlambat! AMIN.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar