Jumat, 08 Juni 2012

ALLAH MEMISAHKAN KITA DARI DUNIA UNTUK DISELAMATKAN 

Matius 10:34-39

Dalam nas ini kita berjumpa dengan ucapan Yesus yang sangat keras dan pedas: "Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang” (ay. 34). Bukankah ucapan Yesus ini kontras sekali dengan yang biasa Ia nyatakan dan ajarkan kepada para murid, para pengikutnya? Tentu saja Tuhan Yesus tidak menyokong pertentangan. Ia mengajar pengikutNya untuk jangan melawan atau membalas kalau mereka diserang atau diperlakukan tidak baik, karena Ia sendiri berkata: "Berbahagialah orang yang membawa damai", kataNya, "Karena mereka akan disebut anak-anak Allah" (Matius 5:9). Lalu artinya? Pedang yang bagaimana? Pemisahan yang bagaimana? Nas ini sebenarnya adalah ayat kalimat kiasan. Maksudnya orang yang mau mengikuti Yesus harus lebih mencintai Yesus daripada apapun didunia ini (ay.34).

Saudara, jikalau Tuhan Yesus berkata bahwa Ia datang bukan untuk membawa damai melainkan pedang, yang Ia maksudkan ialah bahwa itu adalah akibat dari kedatanganNya, bukan karena itu menjadi tujuan kedatanganNya. Kata-kataNya menjadi kenyataan dalam kehidupan Gereja mula-mula. Dan kebenaran kata-kataNya telah terbukti kemudian dalam sejarah pelayanan misi-misi Kristen. Bahwa disaat satu atau dua keluarga atau golongan masyarakat lainnya menerima iman Kristen, maka hal ini selalu menimbulkan pertentangan dari anggota-anggota yang lain (ay. 35-37).

Allah itu memang Maha Kasih, tapi Allah juga menuntut kesetiaan total kepada-Nya sebagai respons atas kasih yang telah Ia berikan. Benar bahwa Allah Allah itu maha pengampun atas dosa-dosa manusia, tetapi Allah juga tidak kompromi atas dosa-dosa yang sengaja kita cipta! Dalam hal ini, tentu saja adanya pemisahan itu. Pemisahan antara mereka yang sungguh-sungguh percaya dari yang setengah-setengah percaya, apalagi yang tidak percaya sama sekali. Disini pula adanya pemisahan, antara yang sungguh-sungguh bertobat dengan yang setengah-setengah bertobat, apalagi yang tidak pernah bertobat! Itulah pedang pemisahan yang Allah lakukan! (ay. 38).

Dalam Alkitab, konsep mengenai “pedang” biasanya selalu terkait dengan pemisahan dari yang jahat ini adalah dasar dalam hubungan Allah dengan umat-Nya. Menurut Alkitab, pemisahan itu meliputi dua dimensi - yang satu negatif dan yang lain positif: (a) memisahkan dirimu secara moral dan rohani dari dosa dan dari segala sesuatu yang bertentangan dengan Yesus Kristus, kebenaran, dan Firman Allah; (b) mendekatkan diri kepada Allah dalam suatu persekutuan yang akrab dan intim melalui penyerahan diri, penyembahan, dan pelayanan. Pemisahan dalam pengertian ganda ini menghasilkan suatu hubungan di mana Allah menjadi Bapa sorgawi kita yang hidup bersama kita sebagai Allah kita, dan sebaliknya kita menjadi anak-anak-Nya laki-laki dan anak-anak-Nya perempuan (ay. 39).

Istilah “pemisahan” merupakan suatu tuntutan Allah yang terus-menerus bagi umat-Nya. Mereka diharapkan menjadi kudus, berbeda, dan terpisah dari semua bangsa lain supaya menjadi milik Allah sendiri. Satu alasan penting yang menyebabkan Allah menghukum umat-Nya ialah bila mereka bersikeras selalu ingin menyesuaikan diri dengan penyembahan berhala dan gaya hidup yang fasik.

Allah memerintahkan orang percaya untuk memisahkan diri dari sistem dunia yang bejat dan dari tindakan kompromi yang tidak kudus, dari orang-orang dalam jemaat yang berbuat dosa dan menolak untuk bertobat, dan dari kepercayaan yang palsu yang mengajarkan teologi yang salah dan menyangkal kebenaran alkitabiah. Sikap kita dalam pemisahan ini harus nampak dalam hal: membenci dosa, ketidakbenaran, dan sistem dunia yang bejat melawan doktrin palsu; kasih yang tulus terhadap mereka yang darinya kita harus memisahkan diri.

Maksud dari pemisahan tersebut ialah agar sebagai umat Allah kita dapat bertekun dalam keselamatan, iman, dan kekudusan hidup semata bagi Allah sebagai Tuhan dan Bapa kita; dan menginsafkan dunia yang tidak percaya ini akan kebenaran dan berkat-berkat Injil. Penolakan orang percaya untuk memisahkan diri dari yang jahat pasti akan mengakibatkan hilangnya persekutuan dengan Allah, penerimaan oleh Bapa, dan hak-hak kita sebagai anak.

Jikalau kita memisahkan diri sebagaimana mestinya, maka Allah sendiri akan membalas dan mendekati kita dengan perlindungan, berkat, dan pemeliharaan kasih-Nya. Dia berjanji untuk bersikap dan bertindak sebagai seorang Bapa yang baik kepada kita selaku anak-anak-Nya. Dia akan menjadi penasihat dan pembimbing kita; Dia akan mengasihi dan menghargai kita sebagai anak-anak-Nya sendiri, bahkan kasih dan kesetiaan-Nya dari kekal sampai kekal bagi yang sungguh-sungguh percaya pada-Nya. AMIN!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar