Jumat, 25 November 2011

Mengasihi ....mungkinkah?


 Mengasihi Teman Sekamar Saya, mungkinkah?


Paul Buchanan dan Paula Miller
Mengasihi tetangga mu seperti diri mu sendiri - Matius 22:39
Ketika saya masih kecil, apabila dapat, saudara perempuan saya dan saya berusaha untuk tidak berbagi mainan kami.  Pemikiran kami adalah, "Ini adalah milikku, maka engkau tidak boleh bermain dengannya."  Ketika saya pindah ke universitas pada tahun pertama saya, perubahan yang sangat drastis terjadi.  Penyesuaiannya sangatlah sulit.
Pada saat itu sudah dekat awal tahun,  dan saya baru mengenal teman sekamar saya selama dua bulan. Satu hari yang cerah, saya berada di kantin sedang menikmati makan siang saya.  Saya sudah menjalani hari dengan baik, sampai pada saat teman sekamar saya masuk ke kantin.  Dia memakai sandal, baju atasan, anting-anting dan kalung saya. Biasanya itu bukan suatu masalah yang besar bagi saya apabila dia meminjam baju saya, tetapi hari ini berbeda!  Beberapa yang dia pakai itu masih baru yang belum pernah saya pakai. Hati saya langsung bereaksi. Apapun alasannya, saya benar-benar merasa terganggu.
Saya menghadapi persimpangan di dalam hubungan kami. Saya memiliki dua pilihan: Saya dapat mendatanginya dan mengatakan betapa marahnya saya karena dia telah memakai pakaian saya, atau saya dapat berpegang teguh pada kekuatan Tuhan dan mengasihi dia seperti mengasihi diri saya sendiri.  Duduk di kantin pada hari itu saya memilih untuk mencari jalan Tuhan - tetapi itu tidak mudah. Saya dapat menelan ego saya dan menunggu sampai saya berbicara dengan dia di kamar asrama kami. Ketika waktunya tepat,  saya berkata kepadanya mengenai isi hati saya dan rasa hati saya sebenarnya. Saya juga menjelaskan bagaimana cara saya dulu dibesarkan supaya dia dapat mengerti mengapa saya sangat terganggu.
Dia tidak mengerti bila apa yang dilakukannya dapat dianggap tidak sopan. Dia dibesarkan dengan cara yang sangat berbeda dengan saya. Di rumahnya, semua orang berbagi barang milik mereka. Dia tidak menganggap barang miliknya adalah miliknya pribadi. Dia beranggapan, karena kita hidup bersama, maka kita dapat berbagi semuanya.
Setelah hari itu, saya secara konstan berusaha keras untuk menaruh kepentingan teman sekamar saya ini sebelum saya sendiri, tetapi saya mulai menyadari bahwa sangat penting untuk mengasihi orang lain daripada benda-benda material.  Saya juga belajar untuk mengasihi orang lain dengan berbagi dengan orang tersebut apa yang saya miliki. Saya tahu apabila Yesus ingin memakai sandal saya, saya akan membiarkannya tanpa harus berpikir dua kali. Saya akan memberikan semuanya kepada-Nya apabila Dia memintanya. Tuhan secara berlahan-lahan telah mengajarkan kepada saya bahwa saya seharusnya mengasihi orang seperti itu.
Kita telah dipanggil untuk mengasihi dan melayani orang lain seperti kita mengasihi dan melayani Kristus-seperti Dia mengasihi dan melayani kita. Tuhan telah memakai teman sekamar saya untuk merendahkan hati saya dan memberi saya sedikit penglihatan dari apa sebenarnya untuk mati dan untuk hidup demi Kristus.
(Artikel berikut disadur dari buku berjudul "Students for students" oleh Paul Buchanan dan Paula Miller)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar