Jumat, 25 November 2011

Bagaimana Mengendalikan Amarah Kita


Elsie C
Emosi yang tak terkendali seringkali menuntun kepada tragedi. Perasaan marah tidak semestinya salah tetapi bagaimana kita dapat marah tanpa berbuat dosa seperti yang dikatakan di Efesus 4.26,  "Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa. Padamkan kemarahanmu sebelum matahari terbenam".
Sebagai orang percaya, bagaimana kita memandang hal kemarahan ini?
  1. Harga yang perlu dibayar ketika kita marah. Orang yang pemarah akan selalu terlibat dalam pertengkaran, tetapi orang yang sabar membawa ketenangan (Amsal 15:18).  Kalau kita pemarah, bukan saja kita akan sering bertengkar dengan orang lain tetapi juga akan melakukan banyak perlanggaran (Amsal 29:22). Amsal 14:17 berkata bahwa orang yang lekas naik darah termasuk orang yang bodoh. Kemarahan seringkali hanya akan merugikan diri kita sendiri dan membuat diri kita sengsara. Secara medis juga sudah terbukti bahwa amarah itu sangat merusak kesehatan.
  2. Pikir sebelum bereaksi. Yakobus menasihati kita untuk cepat mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata dan juga lambat untuk marah (Yak. 1:19). Saat kita marah, ada baiknya kita belajar menunda reaksi kita. Jangan langsung melampiaskan kemarahan kita lewat kata-kata karena hanya orang yang bebal yang melampiaskan amarahnya (Amsal 29:11). Thomas Jefferson, President Amerika yang ketiga berkata bahwa kalau dia sedang marah, dia akan menghitung dari satu sampai sepuluh. Dan kalau dia sangat marah, dia akan menghitung satu sampai seratus!
  3. Jangan menumpuk kemarahan. Bagaimana kita marah tanpa berbuat dosa? Mazmur 4:4-5 memberitahukan kepada kita caranya. Kita dinasehati untuk berkata-katalah dalam hati kita di tempat tidur. Berkata-kata kepada siapa? Ayat 4 memberitahu kita untuk berseru kepada Allah. Kita harus jujur dengan Tuhan, bicaralah kepada Tuhan tentang kemarahan kita. Renungkan di hadapan Tuhan dan lepaskanlah amarah kita dengan cara yang baik dan pantas. Biarlah Allah yang menanganinya.
  4. Pembaruan akal budi. Perasaan kita berkaitan dengan pikiran kita. Apa yang kita pikirkan akan mempengaruhi perasaan kita. Jika kita terus menerus memikirkan hal-hal yang jelek tentang orang lain atau hal-hal yang menjengkelkan, perasaan kita pasti akan menjadi jelek and jengkel. Perasaan kita seterusnya akan mempengaruhi kehendak kita yang pada akhirnya akan berujung pada perbuatan. Pertobatan atau kata Yunaninya, metanoia berarti perubahan pikiran. Semua perubahan harus berpangkal dari akal budi kita. Filipi 4:8 adalah ayat kunci bagi perubahan yang abadi.
  5. Bertemanlah dengan orang yang sabar. Amsal 22:24-25 berkata, "Jangan berteman dengan orang yang lekas gusar, jangan bergaul dengan seorang pemarah, supaya engkau jangan menjadi biasa dengan tingkah lakunya dan memasang jerat bagi dirimu sendiri." "Pergaulan yang buruk akan merusakkan kebiasaan yang baik" (1 Korintus 15:33). Jikalau kita tipe orang yang cepat marah, maka ada baiknya kita menjauhi orang yang lekas marah dan bertemanlah dengan orang-orang yang sabar.
  6. Tangani amarah kita dengan segera. Matius 6:25 berkata, "Segeralah berdamai dengan lawanmu." Di dalam konteks ayat 25, Yesus mengaitkan persembahan kepada Allah dengan hubungan kita dengan sesama. Ini menunjukkan bahwa jika kita lagi marah atau bermasalah dengan sesama, Allah tidak akan mendengarkan kita dan tidak akan menerima persembahan kita. Karena itu, kita harus dengan segera menangani amarah kita sebelum matahari terbenam supaya kita tidak berdosa. Keselamatan kita bukan hanya bergantung pada hubungan kita dengan Allah tetapi juga dengan sesama.
Saudara, marilah kita hidup di dalam kasih Allah. Biarlah kita berakar di dalam kasih Allah. Karena jika kita berasa aman di dalam kasih Allah, kita tidak akan mudah terprovokasi oleh siapa pun. Yang penting bagi kita adalah bagaimana Allah memandang kita, dan pandangan orang lain itu sama sekali tidak akan mempengaruhi reaksi kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar