Jumat, 25 November 2011

Apa arti Natal..???





oleh Keith Green
Asal usul  Natal
Di abad yang ketiga Masehi, suatu hal yang ajaib terjadi. Konstantin, kaisar Roma menjadi seorang Kristen. Selama hampir 300 tahun orang Kristen telah mendoakan keselamatan kaisar mereka. Tidak ada yang mempercayainya! Tetapi akhirnya diterbitkan dekrit dari Kaisar... Kekristenan dijadikan agama resmi kerajaan. Setiap orang didorong untuk menerima Yesus Kristus sebagai Penguasa dan satu-satunya ilah. Karena tidak mau mengambil resiko dipandang sebagai tidak berkerjasama (dan mempercayai bahwa menjadi Kristen merupakan langkah yang paling aman dari sudut pandang politik dan sosial), hampir setiap orang di dalam kekaisaran membuat "pengakuan iman" dan memeluk agama baru ini. Ini, tentu saja, begitu menggirangkan Konstantin.
Setelah beberapa waktu timbullah satu masalah yang besar. Apa yang harus mereka lakukan dengan ilah-ilah yang lain? Dan bagaimana dengan semua pesta dan perayaan besar yang sudah menjadi sebagian dari kehidupan mereka, terutamanya perayaan Saturnalia musim sejuk dan perayaan musim semi ekuinoks? Sebelum pertobatan Konstantin, seluruh kekaisaran akan dengan penuh kegairahan merayakan perayaan-perayaan dengan persembahan kepada dewa dan dewi mereka. Apa yang harus mereka lakukan sekarang? Kaisar Konstantin tahu bahwa walaupun secara eskternal mereka telah mengakui Kekristenan, mereka tidaklah rela dengan begitu saja meniadakan perayaan-perayaan yang begitu mereka senangi. Apa yang dimilikinya adalah satu kerajaan penuh dengan "petobat dan belum bertobat"!
Ketidak-puasan dan keresahan rakyatnya semakin memuncak dan sang kaisar tahu bahwa sesuatu harus dilakukan. Jadi, karena tidak punya jalan keluar yang lain, ia mengumumkan dua liburan "religius" yang utama. Tanggalnya diambil dari perayaan besar yang sudah diadakan sejak turun temurun itu. Ia mendeklarasikan tanggal 25 Desember (sejak berabad-abad dirayakan sebagai hari ulang tahun matahari, Saturnalia) sebagai perayaan hari ulang tahun Kristus. (Walaupun para ahli sejarah menyatakan bahwa Yesus besar kemungkinan lahir di bulan Oktober.) Satu misa besar atau kebaktian religius diadakan memperingati kelahiran Yesus pada hari itu (sebab itu, Christ-mas atau misa-Kristus). Sang Kaisar juga mendeklarasikan tanggal hari perayaan musim semi ekuinoks untuk merayakan kebangkitan Kristus. (Penekanan yang lama pada perayaan musim semi itu adalah penyembahan pada dewi kesuburan, yang darinya kita mendapatkan simbol kelinci Paskah [Easter Bunny].) Massa yang menggerutu itu akhirnya dapat ditenangkan apabila mereka menyadari bahwa mereka dapat sekali lagi merayakan hari-hari perayaan yang besar itu. Ya, walaupun perayaan itu memang sudah diberikan nama yang lain, dan mereka mungkin harus melewati beberapa "upacara religius", tetapi setidaknya hal-hal yang lain masih normal, dan perayaan-perayaan yang mereka senangi masih dapat dirayakan dengan penuh kegairahan.
Santa Klaus (St. Nick)
Sejarah pria yang bernama Nicholas (yang akhirnya dijadikan santo oleh Gereja Katholik) agar kurang jelas and samar-samar. Tetapi hal yang menonjol dari karakternya adalah - ia mengasihi orang miskin dan yang melarat, dan di setiap Natal ia akan memberikan hadiah kepada para janda dan anak-anak yatim piatu. Ia dikasihi oleh semua orang, terutamanya anak-anak. Demikianlah bagaimana tradisi dan praktik memberikan hadiah dimulai. Fantasi dongeng yang disebut Santa Klaus berkembang sejalan dengan waktu sejak berabad-abad  yang lalu dan sekarang Santa Klaus merupakan imej dari Natal sekuler, di mana di Amerika saja, rata-rata US$150 digunakan untuk membeli hadiah bagi setiap orang!
Arti Natal yang Sesungguhnya
Saya telah mendengar banyak percakapan (terutama oleh orang Kristen) mengenai arti Natal yang sesungguhnya.  Saya telah menyaksikan bagaimana orang Kristen terjerat dengan kesibukan Natal. Mereka meluangkan begitu banyak jam, bahkan berhari-hari, di pusat perbelanjaan berusaha mencari hadiah untuk diberikan kepada sahabat dan famili yang sudah mempunyai segala yang mereka butuhkan... duduk dengan tegang di sekitar pohon cemara sambil menanti mereka membuka hadiah yang telah Anda belikan bagi mereka, dan di pihak mereka, mereka berusaha untuk kelihatan kaget dan berseru dengan sukacita... orang tua mengajarkan kepada anak-anak apa yang mereka sebutkan sebagai "dogeng yang tidak merbahaya" - kisah tentang Santa dan bagaimana "ia akan membawakan banyak hadiah, jadi sebaiknya Anda jangan nakal." Dan pada waktu yang bersamaan, dunia penuh dengan orang yang kelaparan dan serba kekurangan, yang seolah-olah dengan diam memandang melalui jendela rumah Anda mengemis sisa makanan, atau kain lapok guna menyelimuti dan melindungi mereka dari kedinginan malam, mengharapkan satu jawaban kepada penderitaan, kemelaratan dan penindasan yang mereka alami.
Apabila kita menghitung semua uang yang telah kita hamburkan, di musim di mana arti yang terbesar adalah Bapa memberikan kita Putra-Nya yang satu-satu, yang datang untuk hidup dan mati bagi kita, kita harus berseru menentang ketidakadilan orang Kristen yang memiliki begitu banyak dan melakukan begitu sedikit. Arti sesungguhnya Natal adalah memberikan diri kita kepada pekerjaan menyebarkan Injil. Memproklamirkan kebebasan kepada tawanan! Memberikan roti kepada mereka yang lapar, dan mengarahkan mereka kepada Roti Kehidupan, memenuhi jiwa mereka yang kelaparan.
Beberapa Saran
Sebagai bagian dari perayaan Natal Anda tahun ini, kami menyarankan anda membawa anak-anak Anda ke daerah perkampungan orang miskin, ke rumah sakit, ke panti asuhan, ke rumah orang jompo. Mengajarkan kepada mereka arti memberi. Ajarkan kepada mereka bahwa adalah bodoh bagi kita menghamburkan uang membeli barang yang tidak kita perlukan, dan memberi kepada orang yang sudah mempunyai segalanya. Biarlah mereka menyebarkan sukacita kepada orang yang kekurangan! Biarlah mereka memberikan senyuman kepada nenek tua, yang anak-anaknya sendiri sudah melupakan dan menelantarkan mereka di rumah orang jompo. Biarlah mereka mengosongkan tabungan mereka dan mengirim uang ke lembaga misi dan orang miskin. Biarlah mereka memberi! Memberi yang membuat mereka membayar harga mahal! Marilah kita memberikan dunia kepada Yesus Kristus pada hari ulang tahun-Nya! Dunia dan Tuhan menanti respon kita... 

Resolusi Tahun Baru ...Perlukah?




Setiap manusia mempunyai berjuta obsesi dalam jiwa, dan itu memacu suatu semangat kerja dan etos kerja yang baru. Terutama saat memasuki tahun yang baru pula. Sayangnya tidak semua resolusi yang kita buatdapat tercapai setiap tahunnya. Sehingga kemudian banyak yang frustasi dan  malas untuk membuat resolusi di tahun-tahun selanjutnya. Tapi benarkah resolusi dibutuhkan dalam hidup kita setiap mengawali tahun yang baru? Jika iya, apakah tanpa resolusi maka hidup kita akan mengalami stagnasi saja?


Tahun baru tidak selalunya bermula pada Januari tanggal 1. Januari 1 menjadi awal Tahun Baru hanya pada tahun 46 S.M saat Kaisar Julius mengembangkan kalendar yang dengan lebih tepat menggambarkan musim-musim dibandingkan dengan kalendar yang telah ada sebelum itu. Kalendar ini disebut sebagai kalendar Julian. Terdapat juga kalendar yang disebut kalendar Gregorian yang seperti kalendar Julian didasarkan pada sistem solar, yang berbeda dengan kalendar Cina yang didasarkan pada sistem lunar.
Sejarah Resolusi Tahun Baru
Tradisi Resolusi Tahun Baru bermula sejak 153 S.M. Janus, raja mitos dari Roma adalah simbol kuno bagi resolusi. Pada awal setiap tahun baru banyak orang Romawi meminta pengampunan dari musuh mereka dan juga saling menukar hadiah. Sejak 4000 tahun yang lalu, Tahun Baru sudah dirayakan di kota Babilonia. Pada waktu itu perayaan besar-besaran itu berlangsung selama 11 hari.
Resolusi Tahun Baru
Di zaman ini walaupun kita tidak lagi merayakannya selama 11 hari tetapi tetap saja Tahun Baru merupakan satu momen yang berarti dalam kehidupan kita dan seringkali kita mengambil momen ini untuk merenungkan kembali perjalanan hidup kita selama setahun itu. Ada rasa penyesalan karena merasakan gagal memanfaatkan waktu dengan baik dan seiring dengan itu timbul satu tekad untuk membuat resolusi tahun baru agar kita tidak lagi lengah di tahun yang baru ini dengan harapan kita dapat menjadi orang yang lebih sehat, lebih disiplin, lebih sukses ... tetapi saya kira ada baiknya kita belajar dari orang Romawi kuno yang menjadikan tahun baru sebagai momen untuk meminta pengampunan dari musuh-musuh mereka. Saat untuk berdamai dan memulai satu tahun yang baru tanpa berhutang kasih kepada orang-orang di sekitar kita. Tidak ada yang lebih penting ketimbang kehidupan yang dijalani tanpa menodai hati nurani kita, seperti kata Raja Solomo yang bijaksana, "Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan". Amsal 4:23)
Langkah membuat Resolusi :
  1. Tetapkan gol yang realistik, yang dapat dicapai. Berhayal memenangkan berbagai undian bukanlah suatu gol yang realistik.
  2. Gambarkan resolusi anda secara spesifik. "Saya mau rutin mengikuti doa pagi dan brolahraga setiap akhir pekan" atau "Saya akan mengurangi jajan diluar dan memperbanyak minum air putih"
  3. Pecahkan gol utama anda menjadi gol yang lebih kecil. Contohnya, jika anda ingin melangsingkan badan, buatlah keputusan untuk, "berjalan kaki kekantor dan bukan naik becak/ojek" (jika jaraknya dekat), "memilih mengkomsumsi sayur dan mengurangi fastfood."
  4. Yang paling penting, pastikan resolusi anda itu merupakan hal yang sesungguhnya penting bagi anda dan bukan apa yang anda harus lakukan atau apa yang orang lain harapkan dari anda.
    Sumber: Terjemahan
Jangan pernah menyerah jika resolusi-resolusi yang anda buat akhirnya tidak tercapai sampai pada tahun berakhir, tetapkan kembali itu menjadi resolusi di tahun berikutnya, dan berdoalah minta kemurahan Tuhan smoga tahun depan adalah tahun perkenanan Tuhan untuk mngabulkan segala doa & permohonan anda. Karna kita tidak pernah kan tau kapankah waktu perkenanNYA tiba, bagian kita adalah....JANGAN PERNAH MENYERAH.....Dan percayalah didalam kesungguhan hati berusaha serta  memohon kepadanya maka itu sanggup menggerakkan belas kasian dan tangan Tuhan untuk memenuhi resolusi-resolusi yang anda buat.
NEVER GIVE UP....AND GOOD LUCK FRIENDS....!!!

Apakah ini Kehendak Tuhan?



Banyak kehendak dalam diri manusia, tapi untuk mengetahui yang manakah kehendak Tuhan dan yang bukan ,bukanlah suatu hal yang mudah. Untuk itu sangat penting bagi kita merendahkan hati untuk mencari betul-betul apa yang menjadi kehendk BAPA bagi kita. Sehingga setiap langkah hidup kita selalu berada "On the track of GOD" ( Diatas traknya Tuhan).


...Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepada-Nya menurut kehendak-Nya. ~ I Yoh.5:14
Janji Tuhan adalah semua permintaan kita pasti akan Ia kabulkan jika kita meminta menurut kehendak-Nya. Hal ini jelas tertera di 1 Yohanes 5:14, Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepada-Nya menurut kehendak-Nya... Berarti jika kita meminta sesuatu sesuai dengan kehendak-Nya, doa kita 100% akan dikabulkan. Itu janji dan jaminan yang telah diberikan dalam Kitab Suci.
Dengan kata lain, syarat yang harus dipenuhi untuk doa kita dijawab hanyalah satu yaitu harus meminta sesuai dengan kehendak-Nya. Maka pertanyaan yang penting di sini adalah apa itu kehendak Tuhan? Atau bagaimana kita tahu apa kehendak-Nya? Bagaimana kita mencari kehendak Dia? Apakah pernah ada orang yang mewujudkan janji ini sebagai satu realitas di dalam kehidupannya? Adakah orang yang begitu mengenal kehendak Tuhan sehingga setiap hal yang ia doakan itu sesuai dengan kehendak-Nya dan karena itu setiap doanya dikabulkan tanpa ada satu pun yang tidak terkabul?
George Mueller, raksasa iman yang hidup di Inggris di tahun 1800an, menulis di akhir hayatnya bahwa hampir 100% dari semua doa yang pernah dipanjatnya kepada Tuhan terjawab. Mueller adalah seorang yang sangat teliti dalam membuat catatan, setiap hal yang ia pinta dari Tuhan akan ia catatkan. Ia mengenal Tuhan selama 69 tahun dan 10 bulan dan dalam jangka waktu itu lebih dari 50,000 doanya yang  terjawab.  Sebelum ia meninggal, ia menulis bahwa hanya satu dari semua doa di sepanjang hidupnya yang belum terjawab. Dan doa itu adalah mengenai seorang yang Mueller doakan agar ia memberikan diri kepada Tuhan, saat Mueller meninggal pada usia 93 tahun, doa ini masih belum dikabulkan. Tetapi setelah kematian Mueller, orang ini akhirnya bertobat dan memberikan diri kepada Kristus. Jadi Mueller meninggal dunia tanpa mengetahui bahwa sebenarnya 1oo% dari semua hal yang pernah ia pinta dari Tuhan telah dikabulkan.  Satu rekod yang saya kira sangat sulit untuk ditandingi.  Berdasarkan rekodnya yang 100% kita harus menyimpulkan bahwa semua yang Mueller doakan itu pastilah sesuai dengan kehendak Tuhan.
Selanjutnya kita mau bertanya bagaimanakah Mueller tahu apa itu kehendak Tuhan? Henry Blackaby dalam bukunya Experiencing God mengutip dari George Mueller yang menyebutkan beberapa hal yang membantunya. Mueller menyimpulkan cara ia masuk ke dalam satu hubungan intim dengan Tuhan dan bagaimana ia belajar untuk mendengar suara Tuhan:
a.   Langkah awal adalah memastikan hati saya dalam kondisi di mana saya sama sekali tidak mempunyai kehendak diri dalam hubungan dengan hal yang didoakan. 90% dari masalah kebanyakan orang bermula di sini. 90% dari kesulitan sudah teratasi saat hati kita siap untuk melakukan apa yang akan menjadi kehendak-Nya.
b.   Setelah melakukan ini, saya tidak membiarkan perasaan atau kesan sederhana yang memutuskan. Jika demikian saya besar kemungkinan akan disesatkan.
c.   Saya mencari kehendak Roh Allah melalui, atau dalam hubungan dengan firman Tuhan. Roh dan Firman harus disatukan. Jika saya memandang kepada Roh tanpa Firman, saya membuka diri kepada penyesatan juga. Jika Roh Kudus memimpin kita, Ia akan melakukannya sesuai dengan Kitab Suci dan tidak pernah akan bertentangan dengan Kitab Suci.
d.   Selanjutnya, saya akan mempertimbangkan keadaan atau situasi yang telah Tuhan atur. Hal ini seringkali dengan jelas menunjukkan kehendak Tuhan seiring dengan Firman dan Roh-Nya.
e.   Saya meminta Tuhan dalam doa untuk menyingkapkan kehendak-Nya kepada saya.
f.    Dengan demikian, 1. melalui doa kepada Tuhan 2. studi akan firman Tuhan, dan 3. renungan, saya tiba kepada satu keputusan sesuai dengan kemampuan dan pengetahuan terbaik saya, dan jika setelah itu saya merasa damai, dan damai itu terus ada setelah dua atau tiga kali saya berdoa kepada Tuhan, saya akan menjalankannya.
George Mueller juga berkata bahwa hal-hal yang akan membuatkan keliru dalam mengenal kehendak Tuhan adalah saat:
a.   Hatinya kurang jujur
b.   Kurangnya ketulusan di hadapan Tuhan
c.   Tidak sabar menanti jawaban dari Tuhan
d.   Lebih memilih nasihat manusia ketimbang pernyataan dari Kitab Suci
Saat kita membaca bagaimana Mueller mencari kehendak Tuhan, dapat kita simpulkan bahwa mencari kehendak Tuhan itu bukanlah satu metode yang dapat kita terapkan tanpa terlebih dahulu kita menangani siapa kita dan juga sikap hati kita di hadapan Tuhan. Para penulis kisah hidup Mueller menyimpulkan bahwa Mueller memiliki dua atribut yang menonjol. Pertama, ia senantiasa menjaga agar hati nuraninya bersih, tak ternoda dan ia juga tidak akan mengikuti jalan yang ia tahu berlawanan dengan pemikiran Allah. Kedua, kesukaannya yang utama adalah Kitab Suci.
Seringkali seperti yang dikatakan Mueller, hal yang membuat kita tidak dapat mengenal atau mengetahui kehendak Tuhan adalah karena kita dibutakan atau dikuasai oleh kehendak diri. Selagi kita masih berpegang pada kehendak diri, selama itulah kita tidak akan mengetahui apa itu kehendak Tuhan. Kehendak Tuhan hanyalah diketahui oleh orang yang hidupnya sepenuhnya berpusat pada Tuhan dan tidak lagi berpusat pada diri dan kepentingannya sendiri.
Singkatnya saya kira dapatlah kita simpulkan bahwa kehendak Tuhan itu tidak akan diketahui oleh semua orang melainkan orang yang penyerahannya kepada Tuhan adalah total, di mana kehidupannya adalah sesuai dengan firman Tuhan. Itulah janji Yesus, "Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya... Yoh 15:7".

 From: Experiencing God Book 
By : George Mueller

Kembangkan Sukacitamu...!!!





Rick Warren
Sukacita itu seperti otot. Semakin banyak Anda melatihnya, maka ia akan semakin kuat. Izinkan saya menyarankan empat jenis latihan untuk mengembangkan sukacita yang muncul dari dalam hati.
Lakukan empat hal ini untuk enam bulan ke depan dan lihatlah perbedaan yang terjadi dalam hidup Anda. Saya jamin Anda akan menjadi orang yang lebih positif dan bersukacita. Hal ini berhasil dalam kehidupan saya beberapa tahun yang lalu ketika saya memutuskan untuk melakukannya.
Pertama-tama, kembangkanlah sikap bersyukur. Satu Tesalonika 5.18 berkata, "Mengucap syukurlah dalam segala perkara, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus." Itulah yang dinamakan sikap mengucap syukur. Perhatikan lagi, kita tidak perlu berterima kasih untuk seluruh keadaan, tetapi di dalam seluruh keadaan.
Ahli psikologis mengatakan bahwa mengucap syukur merupakan emosi yang paling menyehatkan. Hans Seyle, bapak ilmu stres, menyatakan bahwa ungkapan syukur menimbulkan energi emosi yang lebih daripada sikap yang lain di dalam kehidupan kita. Tidakkah Anda melihat kebenarannya bahwa orang yang sangat sering mengucap syukur adalah orang yang paling berbahagia.
Saya menantang Anda untuk mencari cara untuk mengungkapkan terima kasih dalam minggu ini dan lihatlah perbedaannya. Anda bisa menulis ungkapan terima kasih terhadap seseorang atau menelepon seseorang bahwa dia begitu berarti dalam kehidupan Anda. Dan, jangan lupa mengucap syukur kepada Tuhan. Pemazmur berkata, "Tuhan adalah kekuatanku dan perisaiku; kepada-Nya hatiku percaya. Aku tertolong sebab itu beria-ria hatiku, dan dengan nyanyianku aku bersyukur kepada-Nya" (Mazmur 28.7). Jika Anda bukan orang yang bersukacita, mulailah dengan pujian kepada Tuhan dan perhatikan perubahan sikap Anda.
Kedua, galilah sukacita batiniah dengan cara memberi. Yesus mengajarkan kepada kita, "Adalah lebih berbahagia memberi dari menerima" (Kisah Para Rasul 20.35). Orang berkata bahwa ketika waktu untuk memberi tiba, banyak orang tidak melakukan apa-apa. Apa yang dikatakan Alkitab? "Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita" (2 Korintus 9.7). Mengapa? Karena mungkin kita menyerupai Allah ketika kita memberi, dan Dia tidak memberi dengan bersungut-sungut.
Lagipula, pemberian kita menentukan berapa banyak yang Tuhan dapat lakukan dalam kehidupan kita. Ketika kita memberi dengan sukacita kepada-Nya, kita membuka diri kita untuk menerima dengan cuma-cuma daripada-Nya. Maleakhi 3.10 berkata, "Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku, firman Tuhan semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai bekelimpahan." Ini adalah tantangan surgawi!
Cara ketiga mengembangkan sukacita batiniah adalah melalui pelayanan: berilah hidup Anda untuk menolong orang lain. Yesus berkata bahwa kita harus kehilangan nyawa kita untuk menyelamatkannya (Markus 8.35). Dalam Kitab Efesus, Paulus mengingatkan kita, "Dan yang dengan rela menjalankan pelayanannya seperti orang-orang melayani Tuhan dan bukan manusia. Kamu tahu, bahwa setiap orang, baik hamba, maupun orang merdeka, kalau ia telah berbuat sesuatu yang baik, ia akan menerima balasannya dari Tuhan' (Efesus 6.7). Mereka yang paling berbahagia biasanya terlalu sibuk melayani dan membantu orang lain.
Sukacita timbul ketika kita tidak berfokus pada diri sendiri. Ada banyak tempat pelayanan di gereja Anda yang sedang menanti orang-orang seperti Anda. Tanyakanlah kepada gembala atau ketua sekolah Minggu Anda apa yang bisa Anda lakukan untuk membantu mereka. Hal itu akan membuat hari-hari Anda lebih berarti lagi.
Latihan terakhir untuk mengembangkan sukacita batiniah adalah dengan menjadi saksi Kristus bagi orang lain. Yesus berkata akan ada sukacita di surga ketika seseorang menerima Kristus (Lukas 15.10). Sukacita terbesar saya adalah ketika saya memberi hidup saya bagi Yesus Kristus; sukacita yang kedua adalah memperkenalkan-Nya kepada orang lain. Bayangkan situasi di surga: Seseorang yang pernah Anda injili datang dan berkata, "Saya berterima kasih kepadamu karena perhatian dan waktu yang engkau sediakan bagiku. Aku ada di sini karena engkau peduli dan telah menceritakan Yesus kepadaku." Saya beri tahu, itulah saat yang penuh dengan sukacita. Bahkan, itulah puncak sukacita di atas permukaan bumi ini karena Anda telah membantu kelahiran anak yang baru ke dalam keluarga Allah.
Suatu ketika saya menjumpai seorang Kristen yang berkata, "Saya kehilangan sukacita." Pertanyaan yang ingin saya ajukan adalah, "Kapan terakhir Anda membawa jiwa bagi Kristus?" Biasanya mereka menjawab bahwa hal itu sudah lama sekali. Mengenai teman Yahudinya, Paulus berkata, "Keinginan hatiku dan doaku kepada Tuhan ialah, supaya mereka diselamatkan." (Roma 10.1). Mintalah kepada Tuhan agar Anda mempunyai beban seperti itu.
Sukacita menjadi sukar dipahami karena praktek untuk menghasilkannya berlawanan dengan konsep sukacita yang diajarkan budaya kita. Budaya kita berkata, "Hiduplah untuk dirimu sendiri dan lupakanlah orang lain." Tetapi, Tuhan kita mengatakan bahwa sukacita tumbuh karena sikap yang mengucap syukur dan memberikan harta, waktu, dan pengetahuan kita akan Kabar Baik. Saya menantang Anda untuk melakukan 4 latihan ini selama  6 minggu. Jika Anda melatihnya dengan setia, saya jamin Anda akan menjadi orang yang lebih berbahagia.

"Ayo, kita gereja di Starbuck aja deh!"



Ayo, kita gereja di Starbuck aja deh," demikian komentar seorang pembaca setelah membaca sebuah berita di New York Times tanggal 4 Maret. Diberitakan tentang Sandie Anderson yang bekerja di Starbuck yang menyumbangkan salah satu ginjalnya kepada seorang wanita, Annamarie Ausnes yang sering membeli kopi darinya.
Sandie Anderson sudah empat tahun bekerja di Starbuck dan ia sangat senang bercakap-cakap dengan langganannya. Dari obrolan kecil di suatu pagi, Sandie mengetahui bahwa Annamarie yang telah tiga tahun membeli kopi darinya harus segera di-dialysis atau mencari donor ginjal untuk mengganti kedua ginjalnya yang rusak parah. Dengan serta merta Sandie menawarkan dirinya untuk dites, untuk menentukan apakah ginjal dan golongan darahnya sesuai untuk ditransplantasi. Ternyata setelah dites, ginjal Sandie yang sudah berusia 51 tahun itu memang cocok dan di tanggal 11 Maret nanti, Annamarie akan menjadi pemilik baru ginjal kiri Sandie.
Menurut Sandie apa yang dilakukannya tidaklah seharusnya dipandang sebagai sesuatu yang terlalu mulia. Sandie yang sudah pernah melayani sebagai misionaris di Meksiko berkata bahwa banyak orang yang dengan senang hati memberi kepada orang lain dan mereka sering melakukannya hanya saja kita tidak melihatnya.
Namun yang pasti bagi Annamarie kemurahan Sandie merupakan sesuatu yang sangat nyata dan mulai dari sekarang berjalan masuk ke Starbuck untuk membeli kopi akan selalu memberinya perasaan yang indah. Kehidupan seperti Sandie-lah yang memberikan kita alasan untuk senyum dan bersyukur bahwa kasih, kebaikan dan kebajikan bukanlah sesuatu yang sudah punah dari muka bumi ini.   
(Originally written and uploaded by Cahaya Pengharapan Ministries)

Apa yang akan engkau minta dari Tuhan?





Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu Matius 6:3

Oleh Anthony de Mello
Sekali peristiwa, terdapat seorang yang sangat saleh yang memberikan banyak sukacita bahkan kepada para malaikat. Namun, sekalipun ia sangat kudus, ia sama sekali tidak menyadari bahwa ia kudus. Setiap hari ia menjalani hidup dengan sederhana, menyebarkan kebaikan sebagaimana bunga menyebarkan keharuman tanpa menyadarinya.
Kekudusannya terletak pada hal ini - ia melupakan masa lalu setiap orang dan memandang pada mereka apa adanya sekarang, dan ia memandang melampaui tampilan luaran jauh ke dalam batin terdalam manusia di mana mereka tidak bersalah dan tidak tahu apa yang mereka lakukan. Dengan cara demikian ia mengasihi dan mengampuni setiap orang yang bertemu dengannya - dan ia tidak melihat ada hal yang luar biasa karena itu hanyalah cara ia memandang orang.
Suatu hari seorang malaikat berkata kepada dia, "Aku telah diutus oleh Allah. Mintalah apa saja yang engkau inginkan dan hal itu akan diberikan kepada engkau. Apakah engkau menginginkan karunia penyembuhan?"
"Tidak," katanya, "Aku lebih senang jika Allah yang melakukan penyembuhan itu sendiri."
"Apakah engkau mau membawa orang yang berdosa yang tersesat kembali ke jalur yang benar?"
"Tidak," katanya, "bukanlah untuk aku menyentuh hati manusia. Itu adalah pekerjaan para malaikat."
"Inginkah engkau menjadi teladan kebajikan di mana orang banyak akan tertarik untuk meneladani engkau?"
"Tidak," kata orang kudus itu, "karena itu akan menjadikan aku pusat perhatian."
"Lalu, apa yang engkau inginkan?" tanya malaikat itu.
"Kasih karunia Allah," jawabnya. "Memiliki itu, aku telah memiliki segala yang aku inginkan."
"Tidak, engkau harus meminta sesuatu," kata malaikat itu, "jika tidak hal itu akan dipaksakan ke atasmu."
"Baiklah, jika demikian aku meminta ini: biarlah kebaikan dilaksanakan melalui aku tanpa aku menyadarinya."
Jadi, diumumkan bahwa bayangan orang kudus ini akan diberkahi oleh kemampuan untuk menyembuhkan. Setiap kali bayangannya jatuh di belakangnya - orang sakit disembuhkan, tanah menjadi subur, sumber air bermunculan dan keceriaan menghiasi wajah-wajah orang yang dibebani oleh kesengsaraan hidup.
Tetapi orang kudus ini sama sekali tidak tahu akan semua hal itu karena perhatian orang begitu tertumpu pada bayangannya hingga mereka melupakan orangnya.
Dengan demikian keinginannya agar kebaikan dilakukan melaluinya dan ia sendiri dilupakan tergenapi dengan baik.

(Dikutip dari buku berisi kisah-kisah meditasi, Taking Flight)

Apakah Semua yang Meminta akan Mendapatkan?




Oswald Chambers
Adakah seorang di antara kamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti? (Matius 7.9)
Ilustrasi doa yang dipakai oleh Yesus di sini adalah doa yang dipanjatkan seorang anak baik yang meminta sesuatu yang baik.
Kita berbicara tentang doa seolah-olah Tuhan akan mendengarkan semua doa kita tanpa mempertimbangkan apakah kita anak yang baik atau tidak. Jangan pernah berkata bukan kehendak Tuhan untuk tidak memberikan apa yang kita minta. Jangan pernah putus asa dan menyerah, tetapi carilah alasan mengapa Anda tidak menerima; tingkatlah terus intensitas pencarian Anda dan telitilah bukti-bukti yang ada.
Apakah hubungan Anda dengan istri, suami, anak-anak atau teman-teman Anda semuanya baik? Apakah Anda berkata kepada Tuhan, "Selama ini saya marah-marah dan menjengkelkan banyak orang, tetapi saya tetap mau mendapatkan berkat rohani?"  Anda tidak akan menerimanya sebelum Anda mempunyai sikap seorang "anak yang baik".
Kita seringkali tidak mau mengakui fakta yang jelas-jelas menunjukkan bahwa kita salah. Apakah kita meminta uang dari Tuhan, padahal kita menolak untuk membayar hutang kita kepada orang lain? Apakah saya meminta kemurahan dari Tuhan padahal saya mempertahankan sesuatu dari orang lain? Apakah saya menolak untuk mengampuni dan telah berlaku jahat terhadap seseorang? Apakah saya sedang hidup sebagai anak Tuhan yang baik di dalam keluarga saya?
Janganlah mengelabui diri kita sendiri. Telitilah pada fakta-fakta yang ada untuk melihat apakah ada hal yang tidak beres dalam hidup kita – persahabatan kita, hutang yang belum dibayar, atau sikap hati yang tidak baik. Tidak ada gunanya berdoa melainkan kita sedang hidup sebagai anak Tuhan yang baik. Hanya kepada orang yang demikian, Yesus berkata, "Barangsiapa yang meminta akan menerimanya..." (Matius 7.8)
(Dirangkum dan diterjemahkan dari renungan Oswald Chambers di buku My Utmost for His Highest)

Apakah Anda Luput dari Kesalahan?





Di satu negara antah berantah yang terkenal dengan disiplin yang tinggi dan sungguh-sungguh menjunjung supremasi hukum. Akibatnya sekecil apapun kesalahan penduduknya, apabila diketahui apalagi tertangkap basah, pasti tidak ada ampunan dan saat itu juga harus diadili.
Suatu hari seorang laki-laki tua renta kedapatan mencuri makanan karena dia sangat lapar. Lalu dia dibawa ke hadapan raja. Dan saat itu raja menjatuhkan hukuman gantung kepadanya. Namun sebagaimana biasanya sebelum menjalani hukuman sang raja bertanya kepada si pencuri:
Sang Raja : Apakah kau punya pesan terakhir sebelum kau di hukum gantung?
Pencuri : Ketahuilah oleh raja bahwa saya memiliki biji jeruk dan bila ditanamkan akan tumbuh dan berbuah dalam satu malam. Itu adalah rahasia yang diberikan ayahku.
Sangat sayang jika biji jeruk itu ikut mati bersamaku.
Akhirnya sang raja bersama seluruh petinggi negara menyepakati satu hari untuk menanam biji itu. Dan pada hari yang sudah ditentukan setelah lubang digali, pencuri itu diberi kesempatan untuk menjelaskan tata cara menanam biji tersebut.
Pencuri : Biji ini hanya bisa ditanam oleh seorang yang tidak pernah mencuri atau mengambil sesuatu yang bukan miliknya. Karena saya telah menjadi pencuri maka saya tidak bisa menanamnya.
Sang Raja : Kalau begitu Perdana Menterilah yang pantas menanam biji ini.  Sekarang saya persilahkan Perdana Menteri untuk menanamnya.
Perdana Menteri : (Dengan wajah pucat dan bibir gemetar) Paduka yang Mulia, "Saya tidak bisa menanam biji ini, sebab saya teringat waktu masih muda pernah mengambil sesuatu yang bukan milik saya."
Sang Raja : Kalau bukan Perdana Menteri, siapa lagi? Dan bagaimana kalau kamu Bendahara?
Bendahara :
(Juga dengan wajah pucat) Maaf Paduka! Saya pun tidak bisa menanam biji jeruk itu, sebab waktu kecil saya ingat pernah mencuri.
Mendengar jawaban kedua Petinggi tersebut, Sang Rajapun agak menunduk dan berkata dalam hatinya, "Saya pun hampir setiap hari mencuri uang rakyat untuk memperkaya diri sendiri, sedangkan pencuri ini mencuri hanya karena kekurangan."
Suasana begitu hening dan tak ada yang berani berkomentar. Pencuri itu menoleh ke arah mereka dan memanfaatkan situasi itu sambil berkata:
Pencuri : Anda semua orang besar dan berkuasa! Anda semua hidup bergelimang harta dan tidak pernah puas, selalu merasa kekurangan. Tapi meski begitu Anda semua tidak bisa menanam biji jeruk ini. Sebab sama seperti saya, Anda pun semua tidak luput dari kesalahan. Saya hanya mencuri sedikit makanan agar tetap bisa hidup, mau kalian gantung. Tidak apa saya sudah siap untuk itu, kalau itu jalan terbaik.
Sang Raja : (Sadar akan kekurangannya) Terima kasih saudara. Atas kebijaksanaanmu ini telah menyadarkan kami bahwa siapapun tidak ada yang luput dari kesalahan. Karena itu engkau diampuni.
(Dikutip dari Bulletin Amos Edisi September 2007)

Adakah Hari Esok...?





Hari esok merupakan sesuatu yang misteri bagi semua orang. Tidak ada satupun manusia yang tahu apa yang bakal terjadi dan dialaminya pada hari esoknya. Banyak praktek-prektek perdukunan yang menawarkan Biro Jasa untuk menerawang hari esok seseorang. Tapi semuanya tidak dapat memberikan akurasi yang memuaskan. Hanya satu hal yang dapt kita persiapkan dalam menyambut hari esok kita yaitu mempergunakan hari ini dengan sebijaksana mungkin tentunya dengan menjadikan Firman Tuhan sebagai suluh dalam perjalanan hidup kita.

Di dalam Literatur para rabi Yahudi, seorang Rabi yang bernama Eliezer mengajarkan, "Bertobatlah satu hari sebelum kematian Anda". Para muridnya bertanya, "Tetapi bagaimanakah manusia tahu di hari apa ia akan mati?" Rabi yang bijaksana itu menjawab, "Karena itu, Anda harus bertobat hari ini. Mungkin hari esok Anda akan mati. Dengan demikian manusia harusnya bertobat setiap hari!"
Bukankah ini satu fakta kehidupan? Kita tidak tahu kapan pengembaraan kita di dunia ini akan berakhir. Hari esok belum tentu menjadi milik kita.
Di zaman ini nyawa seolah-olah sudah tidak punya harga lagi. Untuk alasan sepele manusia akan saling membunuh. Kita tidak tahu kapan ajal akan menjemput kita. Baru-baru ini di daerah Ancol, Jakarta, hanya gara-gara suara gemuruh knalpot sepeda motor, seorang pemuda bernama Sunarto dikeroyok hingga tewas. Karena merasa terusik dengan suara bising sepeda motor korban, seorang bapak yang sedang bersantai di depan rumahnya langsung mengambil sebatang galah dan menghadang sepeda motor yang berisik itu. Persoalan sepele inilah yang memicu percekcokan yang akhirnya meragut nyawa pemuda yang baru berumur 27 tahun ini.
Saya pasti Sunarto sama sekali tidak menyangka bahwa tanggal 1 April 2006  merupakan hari terakhir baginya di dunia ini. Pada malam minggu itu ia hanya mau mengunjungi bibiknya yang rumahnya tidak jauh dari kontrakannya. Sama sekali tidak diduganya bahwa itu akan merupakan kunjungannya yang terakhir.
Di pertengahan Februari yang lalu, diberitakan di koran tentang seorang janda tua yang dibunuh oleh cucunya sendiri saat ia sedang tidur pulas. Dengan kejam cucunya mengorok leher korban hanya gara-gara cucunya kesal karena dimarahi setelah kedapatan mencuri rokok di kios. Beberapa hari yang lalu juga diberitakan di New York Times, tentang seorang anak yang membunuh ibunya hanya karena keadaan rumah yang berantakan dan tidak terawat!
Membaca tentang tragedi demi tragedi yang berlangsung setiap hari di setiap belahan dunia; apakah korban pembunuhan, kecelakaan lalu lintas atau perampokan, kita semakin diyakinkan bahwa sesungguhnya tidak ada pengharapan di dunia yang fana ini. Begitu murah dan tidak berarti nyawa seorang manusia. Jikalau kita hidup hanya untuk dunia ini maka kita menjadi orang yang paling patut dikasihani.
Menurut rasul Yakobus, kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Dalam surat yang ditulisnya kepada bangsa Israel yang berada di perantauan, ia bertanya, "Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap."

Marilah kita hidup dengan membuat persiapan bagi hari esok yang kekal. Renungkanlah hikmat seorang Rabi Eliezer, bertobatlah setiap hari, kita tidak tahu apakah hari esok masih ada bagi kita. Sebaliknya kita harus berkata, "Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu."
Hari esok memang tidak dapat di prediksi setiap orang, tetapi hari ini sanggup menciptakan suatu hari depan yang penuh pengarapan jika kita mau berbenah diri dan melibatkan Tuhan dalam segala perkara-perkara hidup kita. Dan yang terlebih indah adalah hari ini juga mempersiapkan kita untuk mnyambut hari esok kita di dalam kekekalan. Untuk bertanggung jawablah dengan setiap hari yang Tuhan beri terutama hari ini!


(Cuplikan : Cahaya Pengharapan Ministries)


Lima Roti dan Dua Ikan





John Sung
Tahukah Anda bahwa zaman ini adalah zaman kering dan gersang seperti padang pasir? Kenapa zaman padang pasir? Karena kebanyakan orang berada dalam keadaan kelaparan - mereka hidup tanpa makanan rohani. Masalah di zaman ini adalah, "Di mana kita dapat membeli roti supaya orang banyak dapat makan?" (Yoh. 6.5)
Saat Yesus mengucapkan kata-kata itu, Ia tahu apa yang akan Dia lakukan tetapi Dia hanya mau menguji Filipus. Apa yang Filipus katakan? "Roti seharga dua ratus dinar tidak akan cukup untuk mereka, sekalipun masing-masing mendapat sepotong kecil saja." Tetapi Andreas berkata, "Di sini terdapat seorang anak yang mempunyai 5 roti jelai dan dua ikan; tetapi apa artinya itu untuk orang sebanyak ini?"
Apakah Anda mempunyai roti dan ikan di tanganmu? Ya, tentu saja. Kita mempunyainya. Di mana? Ada berapa jari di tangan Anda? Ada berapa jari kaki di kaki Anda? Lima di setiap tangan dan kaki. Bagaimana dengan indra Anda? Bukankah semua itu adalah lima roti itu? Sekarang, berapa tangan Anda? Dua! Bagaimana dengan kaki? Juga dua!  Begitu juga dengan telinga dan mata Anda. Bukankah semuanya ini merupakan lima roti dan dua ikan Anda? 
Ketika para murid meminta roti dan ikan kepada anak kecil itu, ia bisa saja mempunyai empat respon yang berbeda:
Pertama, ia dapat berkata, "Aku tidak mau memberikan kepadamu. Aku lapar, aku mau memakannya sendiri!" Memang banyak orang yang mempunyai sikap yang demikian. Mereka memakan sendiri lima roti dan dua ikan mereka. Namun setelah memakannya mereka tidak dikenyangkan.
Kedua, anak kecil itu bisa saja berkata, "Aku tidak mau memberikan kepadamu! Saudara dan teman-temanku semuanya ada di sini. Mereka mau makan bersamaku." Sekarang ini banyak juga orang yang bersikap demikian. Tetapi apakah mereka akan dipuaskan? Tidak juga karena makanan itu belum diubah oleh Tuhan.
Ketiga, anak kecil itu bisa saja memanfaatkan situasi dengan berteriak, "Siapa yang mau memakan roti-roti dan ikan-ikan ini? Aku akan menjualnya kepada yang mau membayar tertinggi." Memang di hari ini terdapat banyak orang yang demikian.
Orang yang merasakan dirinya pintar karena pernah sekolah di luar negeri dan karena itu memasang harga tinggi. Saat diminta untuk pelayanan di gereja, mereka akan berkata, "Jika aku dibayar gaji sekian per tahun, aku akan melayani di gereja Anda. Jika tidak, aku tidak akan mau!" Sangat menyedihkan, kita telah mengkomersialisasikan lima roti dan dua ikan kita.
Keempat, anak kecil itu bisa saja berkata, "Roti dan ikan-ku tidak mungkin dapat memberi makan 5000 orang. Setelah aku memakannya, aku akan membuang sisa-sisanya." Memang ada orang yang seperti itu. Mereka menyia-yiakan roti dan ikan yang telah Tuhan anugerahkan untuk hal-hal yang tidak bermanfaat. Bukankah ini hal yang sangat menyedihkan?
Tetapi anak kecil itu tidak melakukan semua itu. Melainkan setelah Yesus memintanya, anak kecil itu langsung:
  1. menyerahkan ke tangan Yesus
  2. Yesus memberkatinya
  3. Yesus memecah-mecahnya
  4. Yesus memberikan kepada para murid-Nya
  5. Para murid membagi-bagikannya kepada orang banyak.
Demikian juga, kita adalah roti-roti itu, marilah kita menempatkan diri kita ke dalam tangan Yesus. Jika Anda tidak berada di dalam tangan Yesus, maka Ia tidak akan dapat memberkati kita. Ia juga tidak dapat melindungi kita.
Yesus memecah-mecahkan roti itu, demikian juga manusia lama Anda harus dihancurkan agar Anda dapat menerima kuasa dan kekuatan. Di saat Tuhan mengubah Anda, Anda akan dapat memberi makan kepada banyak orang.
Setelah Anda diubahkan, sebagaimana roti itu diubah, Anda menjadi saluran berkat kepada banyak orang. Akhirnya semua orang dikenyangkan dan bahkan ada sisa yang berlimpahan. Jadi jangan khawatir, saat Anda memberikan diri kepada Tuhan, walaupun Anda sibuk melayani dan memberi tetapi akan tersisa  sukacita yang berkelimpahan bagi Anda, sebagaimana setelah memberikan 5000 orang, masih ada 12 bakul sisa makanan yang dibawa pulang para murid.
Jadi, marilah, berikanlah segalanya bagi Tuhan!
(Sumber: Dirangkum dan diterjemahkan dari khotbah John Sung, On Dedication)

Alat Untuk Memupuk Kedewasaan Rohani




Rick Warren: 5

Gereja yang didirikan oleh Rick Warren merupakan salah satu gereja yang paling besar di Amerika Utara dan baru-baru ini di websitenya yang berisi surat kepada para gembala, www.pastors.com beliau menuliskan bahwa sasaran gerejanya untuk tahun-tahun yang mendatang adalah untuk menjadikan Gereja Saddleback yang dipimpinnya menjadi salah satu gereja yang paling dewasa secara rohani.
Rick Warren mengumpamakan pertumbuhan rohani itu sama seperti kita berkebun, sebagaimana kita memerlukan peralatan khusus untuk berkebun, kita juga memerlukan alat-alat tertentu untuk memupuk pertumbuhan rohani di dalam Jemaat. Pertumbuhan tidak terjadi secara otomatis.
Di dalam artikelnya, Rick Warren membagikan lima "alat" yang telah digunakan oleh Gereja Saddleback untuk memupuk kedewasaan rohani di dalam jemaat.
1. Kartu Komitmen
Menurut Rick Warren, gerejanya selalu menggunakan kartu komitmen. Kartu komitmen membantu Jemaat meresponi apa yang telah diajar di dalam khotbah hari Minggu. Kartu komitmen sangat membantu orang untuk memberikan suatu respon. Menurut beliau, kita harus meminta orang untuk memberikan komitmen, jika tidak mereka tidak akan memberikannya. Karena itu, kita bukan saja harus mengajar mereka tentang apa yang harus mereka lakukan tetapi juga meminta mereka untuk melakukannya melalui kartu komitmen yang didesain khusus.
2. Kelas yang berdasarkan tujuan
Gereja Saddleback juga mengadakan kelas-kelas khusus untuk tujuan tertentu. Menurut beliau kebanyakan orang Kristen mengetahui jauh lebih banyak dari apa yang mereka terapkan. Untuk mengubah itu, diperlukan kursus tertentu yang memfokuskan pada aspek penerapan untuk mencapai tujuan tertentu. Umpamanya di Gereja Saddleback terdapat empat kelas inti yang setiap darinya memfokuskan pada salah satu tujuan gereja:  keanggotaan, kedewasaan, pelayanan dan misi.
Lewat kelas-kelas khusus ini, jemaat akan belajar bagaimana menerapkan tujuan Alkitabiah ke dalam kehidupan keseharian mereka. Kursus singkat empat jam itu merupakan sarana untuk menghasilkan orang-orang percaya yang dewasa dan yang hidup sesuai dengan apa yang telah mereka ketahui.
3. Perjanjian-perjanjian (Covenants)
Setiap anggota akan diminta untuk menandatangani suatu perjanjian di akhir kelas yang diikutinya. Perjanjian atau covenant merupakan bagian yang paling penting dari kursus yang diadakan karena alasan-alasan berikut:
  • Kita menjadi bagian dari obyek komitmen kita
  • Setiap gereja dicirikan oleh apa yang menjadi komitmennya
  • Jemaat mau memberikan komitmen kepada hal yang memiliki arti bagi mereka
  • Jika gereja tidak meminta komitmen dari jemaat, maka komitmen mereka akan diambil oleh orang lain atau hal lain
  • Semakin besar komitmen yang kita minta, semakin besar respon yang akan diberikan

4. Kelompok-kelompok kecil
Di dalam kelompok kecil, jemaat dapat menjalin hubungan yang diperlukan untuk bertumbuh karena jemaat tidak mungkin dapat bertumbuh sendiri. Di dalam kelompok kecil, jemaat mempunyai kesempatan untuk menerapkan semua aspek kepedulian untuk sesama seperti doa dan kasih bagi sesama. Lewat pergaulan di dalam kelompok yang memfokuskan pada tujuan-tujuan Alkitabiah, anggota dapat menemukan relasi yang berarti, mengembangkan karakter Kristus, menemukan pelayanan mereka dan membagi iman mereka dengan teman-teman. Kelompok kecil merupakan bagian yang utama di dalam rencana pertumbuhan rohani gereja di Saddleback.
5. Kampanye
Gereja Saddleback juga mengadakan program kampanye untuk pertumbuhan spiritual yang melibatkan seluruh gereja. Tujuan utama adalah untuk memicu pertumbuhan lewat program yang intensif yang memfokuskan pada aspek khusus pertumbuhan spiritual. Contoh-contoh kampanye yang telah dijalankan adalah Tujuan 40 Hari, 50 Hari Iman dan 40 Hari Komunitas. Menurut Pastor Rick, setiap kampanye yang diadakan merupakan pengalaman yang memberikan transformasi bagi gerejanya.
Di dalam suratnya Pastor Rick mengajak setiap gereja yang mau mengalami kedalaman spiritual yang dialami gereja Saddleback untuk menerapkan kelima alat pertumbuhan yang sudah terbukti sangat berkesan untuk pertumbuhan spiritual gerejanya. (Untuk informasi tambahan dapat mengunjungi www.pastors.com)

Push-Up dan Donut




Anonim
Ada seorang Profesor mata kuliah Religi yang bernama Dr. Christianson yang mengajar di sebuah perguruan tinggi kecil di bagian barat Amerika Serikat.
Dr. Christianson mengajar ke-Kristenan di perguruan tinggi ini dan setiap siswa semester pertama diwajibkan untuk mengikuti kelas ini.
Sekalipun Dr. Christianson berusaha keras menyampaikan intisari Injil kepada kelasnya, ia menemukan bahwa kebanyakan siswanya memandang materi yang diajarnya sebagai suatu kegiatan yang membosankan.
Meskipun ia sudah berusaha sebaik mungkin, kebanyakan siswa menolak untuk menanggapi Kekristenan secara serius.
Tahun ini, Dr. Christianson mempunyai seorang siswa yang spesial yang bernama, Steve. Steve belajar dengan tujuan untuk melanjutkan studinya ke seminari dan mau masuk ke dalam pelayanan. Steve seorang yang popular, ia disukai banyak orang, dan seorang atlet yang memiliki fisik yang prima dan ia merupakan siswa terbaik di kelas professor itu.
Suatu hari, Dr Christanson meminta Steve untuk tidak langsung pulang setelah kuliah karena ia mau berbicara kepadanya. "Berapa push up yang bisa kamu lakukan?"
Steve menjawab, "Saya melakukan sekitar 200 setiap malam." "200? Lumayan itu, Steve," Dr. Christianson melanjutkan. "Apakah kamu dapat melakukan 300?"
Steve menjawab, "Saya tidak tahu. Saya tidak pernah melakukan 300 sekaligus." "Apakah kamu pikir kamu dapat melakukannya?" tanya Dr. Christianson."Ok, saya bisa coba," jawab Steve.
"Saya mempunyai satu proyek di kelas dan saya memerlukan kamu untuk melakukan 10 push up setiap kali, tapi sebanyak 30 kali, jadi totalnya 300. Dapatkah kamu melakukannya?" tanya sang profesor.
Steve menjawab, "Baiklah, saya pikir saya bisa. Ok, saya akan melakukannya."
Dr Christianson berkata, "Bagus sekali! Saya memerlukan Anda untuk melakukannya Jumat ini." Dr Christianson menjelaskan kepada Steve apa yang ia rencanakan untuk kelas mereka pada Jumat itu.
Pada hari Jumat, Steve datang awal ke kelas dan duduk di bagian depan kelas. Saat kelas bermula, sang profesor mengeluarkan satu kotak besar donut. Bukan donut yang biasa tetapi yang besar dan yang punya krim di tengah-tengah. Setiap orang sangat bersemangat karena kelas itu merupakan kelas terakhir pada hari itu dan mereka bisa menikmati akhir pekan mereka setelah pesta di kelas Dr Christianson.
Dr. Christianson pergi ke baris pertama dan bertanya, "Cynthia, apakah kamu mau salah satu dari donut ini?" Cynthia menjawab, "Ya".
Dr. Christianson lalu berpaling kepada Steve, "Steve, apakah kamu mau melakukan 10 push up agar Cynthia bisa mendapatkan donut ini?"
"Tentu saja!" Steve lalu melompat ke lantai dan dengan cepat melakukan 10 push up. Lalu Steve kembali ke tempat duduknya. Dr. Christianson meletakkan satu donut di meja Cynthia.
Dr. Christianson lalu pergi siswa selanjutnya, dan bertanya, "Joe, apakah kamu mau suatu donut?" Joe berkata, "Ya."
Dr. Christianson bertanya, "Steve, maukah kamu melakukan 10 push up supaya Joe bisa mendapatkan donutnya?"
Steve melakukan 10 push up, dan Joe mendapatkan donutnya. Begitulah selanjutnya, di baris yang pertama. Steve melakukan 10 push up untuk setiap orang sebelum mereka mendapatkan donut mereka.
Di baris yang kedua, Dr. Christianson berhadapan dengan Scott. Scott seorang pemain basket, dan fisiknya sekuat Steve. Ia juga seorang yang sangat popular dan punya banyak teman wanita.
Saat profesor bertanya, "Scott apakah kamu mau donut?" Jawaban Scott adalah, "Baiklah, bisakah saya melakukan push up saya sendiri?"
Dr. Christianson berkata, "Tidak, Steve harus melakukannya." Lalu Scott berkata, "Kalau begitu, saya tidak mau donutnya."
Dr. Christianson mengangkat bahunya dan berpaling kepada Steve dan meminta, "Steve, apakah kamu mau melakukan 10 push up agar Scott bisa mendapatkan donut yang tidak ia kehendaki?"
Dengan ketaatan yang sempurna Steven mulai melakukan 10 push up.
Scott berteriak, "HEI! Saya sudah berkata, saya tidak menginginkannya!" Dr Christianson berkata, "Lihat di sini! Ini kelas saya dan semuanya ini donut saya. Biarkan saja di atas meja jika kamu tidak menginginkannya." Ia lalu menempatkan satu donut di atas meja Scott.
Di waktu ini, Steve sudah mulai melakukan push up dengan agak perlahan. Ia hanya duduk di lantai saja karena terlalu capek untuk kembali ke tempat duduknya. Ia mulai berkeringat.
Dr. Christianson mulai di baris ketiga. Para siswa sudah mulai merasa marah. Dr Christianson bertanya kepada Jenny, "Jenny, apakah kamu mengingikan donut ini?" Dengan tegas Jenny menjawab, "Tidak."
Lalu Dr. Christianson bertanya Steve, "Steve, maukah kamu melakukan 10 push up lagi agar Jenny bisa mendapatkan donut yang tidak ia mau?"
Steve melakukan 10 push up dan Jenny mendapatkan satu donut. Ruang sudah mulai dipenuhi oleh rasa tidak nyaman. Para siswa sudah mulai berkata, "Tidak!" dan semua donut dibiarkan di atas meja tanpa ada yang memakannya.
Steve sudah kelelahan dan harus berusaha keras untuk tetap terus melakukan push up untuk setiap donut itu. Lantai tempat ia melakukan push up sudah dibasahi keringatnya dan lengannya sudah mulai kemerahan. Dr Christianson bertanya kepada Robert, seorang ateis yang paling lantang suaranya kalau berdebat di kelas, apakah ia mau membantu untuk memastikan bahwa Steve tidak curang dan tetap melakukan 10 push up untuk setiap donut karena dia sendiri sudah tidak sanggup melihat Steve melakukan push upnya.
Dr. Christianson sudah sampai ke baris ke-empat sekarang. Dan beberapa siswa dari kelas yang lain yang sudah bergabung di kelas itu dan mereka duduk di tangga. Saat profesor menghitung kembali, ternyata ada 34 siswa sekarang di kelas. Ia mulai khawatir apakah Steve dapat melakukannya.
Dr. Christianson melanjutkan dari satu siswa ke siswa yang selanjutnya sampai ke akhir baris itu. Dan Steve sudah mulai bergumul. Ia membutuhkan lebih banyak waktu untuk menyelesaikan push up-nya.
Steve bertanya kepada Dr. Christianson, "Apakah hidung saya harus menyentuh lantai untuk setiap push up yang saya lakukan?" Dr. Christianson berpikir sejenak dan berkata, "Semuanya ini push up kamu. Kamu yang pegang kendali. Kamu bisa melakukan apa saja yang kamu mau." Dan Dr. Christianson melanjutkan ke siswa yang selanjutnya.
Beberapa saat kemudian, Jason, seorang siswa dari kelas lain dengan santai mau masuk ke kelas, dan sebelum ia melangkahi masuk, seluruh kelas berteriak serentak, "JANGAN! Jangan masuk! Kamu berdiri di luar saja!" Jason kaget karena ia tidak tahu apa yang sedang terjadi.
Steve mengangkat kepalanya dan berkata, "Tidak, biarkan dia masuk."
Professor Christianson berkata, "Kamu sadar bahwa jika Jason masuk, kamu harus melakukan 10 push up untuk dia?"
Steve berkata, "Ya, biarkan dia masuk. Berikan donut kepadanya." Dr. Christianson berkata, "Ok Steve. Jason, kamu mau donut?"
Jason yang baru masuk ke kelas dan tidak tahu apa-apa menjawab, "Ya, tentu saja, berikan saya  donut."
Steve melakukan 10 push up dengan sangat perlahan dan bersusah payah. Jason yang kebingungan diberikan satu donut.
Dr. Christianson sudah selesai dengan baris ke-empat dan mulai ke tempat siswa-siswa dari kelas lain yang duduk di tangga. Tangan Steve sudah mulai gemetaran dan ia harus bergumul untuk mengangkat dirinya melawan tarikan gravitas. Di waktu ini, keringatnya bercucuran, dan tidak kedengaran apa-apa kecuali bunyi nafasnya yang kencang. Mata setiap orang di kelas itu mulai basah.
Dua siswa terakhir adalah dua siswa perempuan yang sangat popular, Linda dan Susan.
Dr. Christianson pergi ke Linda, "Linda, apakah kamu mau donut?" Linda dengan sedih berkata, "Tidak, terima kasih"
Professor Christianson dengan perlahan bertanya, "Steve, maukah kamu melakukan 10 push up supaya Linda bisa mendapatkan donut yang tidak ia mau?"
Dengan pergumulan yang berat, Steve dengan perlahan melakukan push-up untuk Linda. Lalu Dr Christianson berpaling kepada siswa yang terakhir, Susan. "Susan, kamu mau donut ini?" Susan, dengan air mata yang berlinangan di pipinya mulai menangis. "Dr Christianson, mengapa saya tidak boleh membantunya?"
Dr. Christianson, dengan mata yang berkaca-kaca berkata, "Tidak, Steve harus melakukannya sendiri; saya telah memberinya tugas itu dan ia bertanggungjawab untuk memastikan setiap orang mempunyai kesempatan untuk mendapat donut itu, tidak kira apakah mereka menginginkannya atau tidak. Hanya Steve seorang saja yang mempunyai nilai yang sempurna. Setiap orang telah gagal dalam ujian mereka, mereka entah bolos kelas atau memberikan saya tugas yang di bawah standar. Steve memberitahu saya di latihan football, saat seorang pemain buat salah, ia harus buat push up. Saya memberitahu Steve bahwa tidak seorang pun dari kalian yang boleh datang ke pesta saya melainkan ia membayar harga dengan melakukan push up bagi kalian. Steve dan saya telah membuat perjanjian demi kalian semua."
"Steve, maukah kamu membuat 10 push up supaya Susan bisa mendapatkan donut?"
Steve dengan sangat perlahan melakukan 10 push up yang terakhirnya. Ia tahu ia sudah menyelesaikan semua yang harus dia lakukan. Secara total, Steve telah melakukan 350 push up, tangannya tidak tahan lagi dan ia jatuh tersungkur ke lantai.
Dr. Christianson lalu berpaling ke kelas dan berkata, "Dan, demikianlah, Juru Selamat kita, Yesus Kristus, di atas kayu salib, ia telah melakukan semua yang dibutuhkan olehnya. Ia menyerahkan semuanya. Dan seperti mereka yang ada di ruangan ini, banyak di antara kita yang membiarkan hadiah itu begitu saja di atas meja, sama sekali tidak kita jamah."
Dua siswa mengangkat Steve dari lantai untuk duduk di kursi, walaupun sangat lelah secara fisik, Steve tersenyum bahagia.
"Engkau sudah berbuat dengan baik, hambaku yang baik dan setia," kata professor dan ia menambahkan, "Tidak semua khotbah disampaikan dengan kata-kata."
Berpaling kepada kelas, profesor berkata, "Harapan saya adalah kalian dapat memahami dan sepenuhnya mengerti akan semua kekayaan kasih karunia dan rahmat yang telah diberikan kepada kalian lewat pengorbanan Yesus Kristus. Allah tidak menyayangkan putra satu-satu-Nya, tetapi menyerahkan dia untuk kita semua. Apakah kita memilih untuk menerima atau menolak karunia-Nya, harganya sudah lunas dibayar."
"Apakah kalian akan menjadi orang yang bodoh dan yang tidak bersyukur dengan meninggalkan hadiah itu di atas meja?"

( Walaupun kisah ini besar kemungkinan bukanlah kisah nyata tetapi tetap saja merupakan suatu ilustrasi yang memberikan kita perspektif yang baru yang layak direnungkan: Cahaya Pengharapan Ministries )

Kehidupan Rohani ibarat Maraton


Philip Yancey
Selama dua puluh tahun saya sudah berlari, naik sepeda atau melakukan latihan aerobik lainnya paling sedikit tiga kali seminggu. Saya melakukan itu bukan karena ada yang memaksa saya, dan jelas bukan karena rasanya enak - jarang demikian - tetapi lebih karena itu memungkinkan saya menikmati hal-hal lain. Saya bisa mendaki gunung dan berski di pergunungan Rocky tanpa tersengal-sengal kehabisan nafas atau kram otot. Itu adalah upah disiplin fisik.
Dalam 1 Timotius 4.8 Rasul Paulus menarik paralel yang memang terlihat jelas: 'Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang.'
Saya sudah berlari dalam sejumlah pertandingan jarak menengah, tetapi hanya satu maraton. Setidaknya untuk amatir yang baru pertama kali ikut, maraton tampak berbeda dengan semua peristiwa atletik. Dibutuhkan waktu sangat lama bagi saya - tiga jam setengah, dibandingkan empat puluh menit untuk pertandingan 10 kilometer - di mana saya harus bergulat mempertahankan fokus mental. Dalam pertandingan-pertandingan yang lebih pendek, saya selalu mampu menyadari apa yang saya lakukan, berapa jauh jarak yang masih tersisa, sebaik apa saya dibandingkan waktu tempuh yang saya inginkan.
Dalam maraton, saya merasa seperti memakai penutup mata, tidak mampu berkonsentrasi pada pertandingan itu sebagai keseluruhan. Perhatian saya terpusat pada nyeri di ibu jari kaki kiri saya, penuhnya kandung kencing saya, atau otot betis kanan saya yang berdenyut-denyut. Berlari di tengah hujan dan udara dingin di Chicago, saya bisa merasakan blister terbentuk di kaki saya akibat gesekan dengan kaos kaki basah. Saya mengenakan jaket, kemudian melepaskannya. Saya mengalami suasana hati gembira dan putus asa tanpa alasan yang jelas. Terus berlari, kata saya dalam hati. Ini pasti ada akhirnya. Satu-satunya cara untuk sampai ke garis akhir adalah dengan terus berlari.
Seorang teman setuju untuk menemui saya di tanda sepuluh mil, dan ketika ia ternyata tidak ada, saya tenggelam dalam depresi yang berlangsung selama lima mil. Saya memaksa diri saya untuk memandang para pelari di sekeliling saya, mengamati lingkungan Chicago, mendengarkan band yang ditempatkan di sepanjang rute, dan ketika saya melakukan itu, sekali lagi saya kehilangan jejak akan pertandingan dan tempat saya di dalamnya. Saat saya melewati tanda tujuh belas mil, terdengar gemuruh sorak orang banyak yang baru mendengar di radio bahwa pelari pertama sudah melintasi garis finis. Saya masih harus berlari sembilan mil.
Pada tanda dua puluh mil, saya menabrak Tembok Legendaris itu dan tergoda untuk memperlambat menjadi berjalan. Kemudian teman saya akhirnya muncul, dan untuk pertama kalinya ada seseorang yang bisa saya ajak bicara. Chicago menutup begitu banyak jalan sampai ia tidak bisa tiba di tanda sepuluh mil, katanya menjelaskan sambil berlari di sebelah saya. Dalam tindakan persahabatan yang tidak terlupakan, Dave, yang merasakan kelemahan saya, menemani saya berlari dengan pakaian sehari-hari sepanjang enam mil yang masih tersisa, untuk memberi saya dorongan.
Di lima tempat, Perjanjian Baru menyerupakan kehidupan Kristen dengan perlombaan, dan saya hampir berani memastikan, jika saja Paulus menulis ini, ia akan menyebutkan secara spesifik perlombaan itu sebagai maraton. Dua puluh enam mil yang saya tempuh dengan berlari mencakup semua emosi manusia.
Perasaan-perasaan singkat, puncak gairah atau keputus-asaan, semua memudar dengan cepat. Apa yang membuat saya terus bertahan adalah kesabaran, kegigihan, dan akhirnya dorongan teman saya. Belakangan, ketika saya memandang kembali perlombaan itu, suasana hati saya yang naik turun sesuai dengan perkiraan pola yang digambarkan majalah olahraga sebagai sesuatu yang normal. Namun di tengah pertandingan itu, saya tidak memiliki perspektif, hanya keputusan langkah demi langkah untuk terus berlari sampai akhir.
"Jika kau tidak bisa terbang, berlarilah. Jika kau tidak bisa berlari, berjalanlah. Jika kau tidak bisa berjalan, merangkaklah, tetapi bagaimanapun tetaplah maju," kata Martin Luther King Jr dulu kepada para pejuang hak-hak sipil.
Nasihatnya juga sama sesuainya bagi pelari maraton dan orang Kristen. Kehidupan dengan Tuhan bergerak seperti setiap hubungan: tertatih-tatih, dengan kesalahan-pahaman dan periode-periode panjang kebisuan, dengan kemenangan dan kegagalan, ujian dan keberhasilan. Untuk mencapai kesempurnaan yang menarik kita pada pencarian itu, kita harus menunggu sampai perlombaan berakhir, sampai kematian, dan penantian itu sendiri merupakan tindakan iman dan membutuhkan keberanian yang luar biasa.
(Dikutip dari Mencari Tuhan yang Tidak Terlihat oleh Philip Yancey, terbitan Gospel Press)

Secangkir Coklat Panas




Anonim
Sekolompok alumni, yang sudah mapan dalam karirnya, sedang berbincang-bincang  pada saat reuni dan memutuskan untuk pergi mengunjungi profesor universitas mereka yang sekarang sudah pensiun. Pada waktu mereka berkunjung, pembicaraan mereka berubah menjadi keluhan mengenai stres pada kehidupan dan pekerjaan mereka. Professor itu menyajikan coklat panas pada tamu-tamunya, ia pergi ke dapur dan kembali dengan coklat panas di teko yang besar dan beberapa macam cangkir - porselen, gelas, kristal, dan beberapa cangkir yang biasa-biasa saja, ada beberapa yang mahal, ada beberapa yang cantik - dan mengatakan kepada mereka untuk mengambil sendiri coklat panas tersebut. Ketika mereka semua memegang  secangkir coklat panas di tangan mereka, professor itu berkata:
"Lihatlah semua cangkir yang bagus, mahal semuanya telah diambil, yang tertinggal hanyalah yang biasa dan yang murah. Adalah normal bagi kalian untuk menginginkan yang terbaik bagi kalian semua,  itu adalah sumber dari masalah dan stress kalian. Cangkir yang kalian minum tidak menambahkan kualitas dari coklat panas tersebut. Pada kebanyakan kasus itu hanya menambah mahal dan bahkan menyembunyikan apa yang kita minum. Apa yang kalian inginkan sebenarnya adalah coklat panas, bukan cangkirnya; tetapi secara tidak sadar kalian menginginkan cangkir yang terbaik. Dan kemudian kalian mulai saling melihat dan membandingkan cangkir kalian masing-masing.
Kemudian dia berhenti dan berkata, "Sekarang pikirkan ini:
Kehidupan adalah coklat panas; pekerjaan, uang, dan kedudukan di masyarakat adalah cangkirnya.
Itu hanyalah alat untuk memegang dan memuaskan kehidupan.
Cangkir yang kau miliki  tidak akan menggambarkan, atau mengubah kualitas kehidupan yang kalian miliki.
Terkadang, dengan memusatkan perhatian kita hanya pada cangkirnya, kita gagal untuk menikmati coklat panas yang telah Tuhan sediakan bagi kita.
Tuhan membuat coklat panasnya, tetapi manusia memilih cangkirnya.
Orang-orang yang paling bahagia tidak memiliki semua yang terbaik
Mereka hanya berbuat yang terbaik dari apa yang mereka miliki.
Hiduplah dengan sederhana. Mengasihilah dengan murah hati.  Memperhatikanlah sesama dengan sungguh-sungguh.  Berbicaralah dengan ramah.
Dan nikmatilah coklat panas kalian!


( Sumber : Terjemahan )

Mengasihi ....mungkinkah?


 Mengasihi Teman Sekamar Saya, mungkinkah?


Paul Buchanan dan Paula Miller
Mengasihi tetangga mu seperti diri mu sendiri - Matius 22:39
Ketika saya masih kecil, apabila dapat, saudara perempuan saya dan saya berusaha untuk tidak berbagi mainan kami.  Pemikiran kami adalah, "Ini adalah milikku, maka engkau tidak boleh bermain dengannya."  Ketika saya pindah ke universitas pada tahun pertama saya, perubahan yang sangat drastis terjadi.  Penyesuaiannya sangatlah sulit.
Pada saat itu sudah dekat awal tahun,  dan saya baru mengenal teman sekamar saya selama dua bulan. Satu hari yang cerah, saya berada di kantin sedang menikmati makan siang saya.  Saya sudah menjalani hari dengan baik, sampai pada saat teman sekamar saya masuk ke kantin.  Dia memakai sandal, baju atasan, anting-anting dan kalung saya. Biasanya itu bukan suatu masalah yang besar bagi saya apabila dia meminjam baju saya, tetapi hari ini berbeda!  Beberapa yang dia pakai itu masih baru yang belum pernah saya pakai. Hati saya langsung bereaksi. Apapun alasannya, saya benar-benar merasa terganggu.
Saya menghadapi persimpangan di dalam hubungan kami. Saya memiliki dua pilihan: Saya dapat mendatanginya dan mengatakan betapa marahnya saya karena dia telah memakai pakaian saya, atau saya dapat berpegang teguh pada kekuatan Tuhan dan mengasihi dia seperti mengasihi diri saya sendiri.  Duduk di kantin pada hari itu saya memilih untuk mencari jalan Tuhan - tetapi itu tidak mudah. Saya dapat menelan ego saya dan menunggu sampai saya berbicara dengan dia di kamar asrama kami. Ketika waktunya tepat,  saya berkata kepadanya mengenai isi hati saya dan rasa hati saya sebenarnya. Saya juga menjelaskan bagaimana cara saya dulu dibesarkan supaya dia dapat mengerti mengapa saya sangat terganggu.
Dia tidak mengerti bila apa yang dilakukannya dapat dianggap tidak sopan. Dia dibesarkan dengan cara yang sangat berbeda dengan saya. Di rumahnya, semua orang berbagi barang milik mereka. Dia tidak menganggap barang miliknya adalah miliknya pribadi. Dia beranggapan, karena kita hidup bersama, maka kita dapat berbagi semuanya.
Setelah hari itu, saya secara konstan berusaha keras untuk menaruh kepentingan teman sekamar saya ini sebelum saya sendiri, tetapi saya mulai menyadari bahwa sangat penting untuk mengasihi orang lain daripada benda-benda material.  Saya juga belajar untuk mengasihi orang lain dengan berbagi dengan orang tersebut apa yang saya miliki. Saya tahu apabila Yesus ingin memakai sandal saya, saya akan membiarkannya tanpa harus berpikir dua kali. Saya akan memberikan semuanya kepada-Nya apabila Dia memintanya. Tuhan secara berlahan-lahan telah mengajarkan kepada saya bahwa saya seharusnya mengasihi orang seperti itu.
Kita telah dipanggil untuk mengasihi dan melayani orang lain seperti kita mengasihi dan melayani Kristus-seperti Dia mengasihi dan melayani kita. Tuhan telah memakai teman sekamar saya untuk merendahkan hati saya dan memberi saya sedikit penglihatan dari apa sebenarnya untuk mati dan untuk hidup demi Kristus.
(Artikel berikut disadur dari buku berjudul "Students for students" oleh Paul Buchanan dan Paula Miller)

Mengapa Orang Kristen Tidak Bertumbuh?




A.W Tozer
Kemungkinan besar, masalah yang paling besar di antara orang-orang Kristen adalah masalah pertumbuhan rohani yang terbelakang. Mengapa setelah begitu lama menjadi orang Kristen, begitu banyak yang menemukan bahwa mereka sama sekali tidak mengalami pertumbuhan dibandingkan dengan saat mereka baru percaya?
Banyak hal  yang menjadi alasan mengapa tidak ada pertumbuhan rohani yang terjadi. Tidak hanya satu. Bagaimanapun terdapat satu alasan yang universal yang merupakan alasan yang paling besar, yaitu kegagalan dalam menyediakan waktu untuk memupuk pengetahuan tentang Allah.
Godaan untuk menjadikan hubungan kita dengan Allah itu sekadar suatu pembenaran dan bukannya suatu hubungan pribadi sangatlah besar. Di zaman ini, mempercayai untuk diselamatkan itu hanya melibatkan satu tindakan percaya saja. Tidak perlu diberikan perhatian lanjutan setelah itu. Orang yang baru bertobat hanya tahu tentang doa pertobatannya dan tidak sadar bahwa Juruselamat itu harus diikuti dan disembah secara terus menerus.
Seorang Kristen itu kuat atau lemah bergantung pada sebaik mana ia memupuk pengetahuannya tentang Tuhan. Paulus mengabdikan seluruh hidupnya untuk mendalami seni mengenal Kristus. "Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus... yang kukehendaki ialah mengenal Dia..." (Filipi 3.8,10)
Pertumbuhan kita di dalam kehidupan Kristen tidak dapat dipisahkan dengan pertumbuhan pengetahuan lewat pengalaman pribadi kita dengan Tuhan. Dan pengalaman sedemikian membutuhkan seluruh hidup yang diabdikan kepadanya dan waktu yang banyak dibutuhkan untuk memupuk relasi kita dengan Tuhan. Tuhan hanya dapat dikenal dengan baik di saat kita memberikan waktu kepada Dia.
Sebaiknya kita menerima saja fakta ini: tidak ada jalan  pintas menuju pertumbuhan rohani dan kekudusan.
Seribu gangguan akan menggoda kita untuk tidak memikirkan Tuhan, tapi kita dapat mengatasinya dengan memberikan tempat untuk Raja dan meluangkan waktu untuk berkomunikasi dengan Dia. Ada hal yang boleh diabaikan dan tidak terlalu merugikan kehidupan spiritual kita tetapi untuk mengabaikan persekutuan dengan Tuhan akan melukai diri kita dalam cara yang tidak mampu kita tanggung.
Tuhan akan merespon usaha kita mengenal Dia. Persoalannya adalah sebesar mana tekad kita dalam melaksanakan tugas yang kudus ini.
(Dikutip dari "The Root of the Righteous" oleh A.W. Tozer)

Kualitas seorang Pemimpin



Rick Warren
Penulis buku "The Purpose Driven Life" atau "Kehidupan yang digerakkan Tujuan" menulis tentang apa yang harus menjadi kualitas seorang pemimpin saat ditanya Jemaat Kristiani di Amerika tentang orang yang bagaimana yang harus dipilih sebagai Presiden Amerika Seikat.
Apa yang Pastor Rick tuliskan dapat dijadikan patokan bukan saja untuk pemilihan Presiden di Amerika tetapi untuk memilih setiap pemimpin.
Ciri yang paling utama menurutnya adalah karakter. "Fondasi kepemimpinan bukan kemampuan atau karisma, tetapi karakter. Orang yang berkarisma seringkali dianggap sebagai pemimpin yang terbaik, tetapi karisma dapat dipakai untuk kebaikan maupun kejahatan.
Tanpa karakter, karisma menjadi suatu ancaman, yang digunakan untuk memanipulasi situasi untuk tujuan-tujuan egois. Apakah dalam memimpin sebuah perusahaan, pusat pendidikan, politik atau keluarga, karakter selalu menang di atas karisma. Apa yang sangat kita butuhkan di dalam para pemimpin kita adalah karakter yang kuat."
Enam ciri lain yang Pastor Rick yakini sebagai kualitas yang esensial pada seorang pemimpin adalah:
Belas Kasihan: Pemimpin yang besar secara tulus mempedulikan dan mengasihi orang yang mereka pimpin.
Perenungan/Kontemplasi: Pemimpin yang besar membangun cadangan spiritualitas, emosional dan intelektual  yang mendalam lewat doa, ketenangan, bacaan dan renungan. Mereka sadar akan besarnya tanggungjawab mereka. Mereka menyeimbangkan waktu yang diluangkan di tempat umum dengan waktu pribadinya.
Optimisme: Pemimpin yang terkemuka terus menyakini apa yang benar di saat setiap orang mau menyerah. Mereka yakin bahwa kejahatan dapat dikalahkan oleh kebaikan.
Konsentrasi: Pemimpin harus bisa fokus pada persoalan kritis dan tidak sibuk dengan masalah-masalah sekunder.
Keberanian: Menangani persoalan yang sulit membutuhkan keberanian karena solusinya tidak selalunya popular. Tanpa keberanian, pemimpin hanyalah budak kepada opini publik yang berubah-ubah.
Hati nurani yang bersih: Integritas pribadi sangatlah penting karena kepemimpinan harus dibangun di atas dasar kepercayaan

Perlakukanlah Orang Lain dengan Baik




Zig Zigler
Ayah saya meninggal pada masa depresi Besar ketika saya berusia lima tahun. Sebagai anak-anak, kami berenam masih terlalu kecil untuk bekerja di luar rumah, namun kami semua berbagi tugas di rumah. Keselamatan ekonomi kami dibangun berkat lima ekor sapi perah dan sebuah kebun besar. Kami menjual kelebihan susu dan menteganya serta berbagai sayur-mayur.
Saya sudah memerah sapi pada usia delapan tahun, dan dari pengalaman itu, dapat saya katakan kepada Anda bahwa sapi itu tidak "memberi" susu - Anda harus berjuang untuk mendapatkan setiap tetesnya! Juga dapat saya katakan kepada Anda bahwa cara Anda memperlakukan sapi berdampak langsung terhadap kuantitas dan kualitas susu yang dihasilkannya. Jika Anda memukulnya dan memperlakukannya dengan buruk ketika bersiap-siap akan memerahnya, akan terjadi dua hal. Ia akan memberikan lebih sedikit susu dan susunya mungkin tidak dapat digunakan, karena ketika ia marah dan kecewa, susu yang dihasilkannya sering kali pahit dan tidak berguna. Selain itu, ia mungkin akan melawan dan menendang Anda.
Saya tidak menyarankan Anda untuk 'mencium' sapi itu, namun saya mendorong Anda untuk berbicara baik-baik kepadanya dan mengelusnya untuk memberitahunya bahwa Anda menghargai upaya-upayanya. Ibu saya menyayangi sapi-sapinya dan mengharapkan anak-anaknya juga menyayanginya. Akibatnya, kami mendapatkan produksi maksimal dari sapi-sapi kami, yang memberi kami bonus ekstra. Setelah memelihara seekor sapi selama dua tiga tahun, kami tingkatkan produksi susunya begitu banyak sehingga Ibu dapat menjual sapi itu dengan keuntungan besar. Bagi kami, itu adalah suatu bonus besar.
Itulah pesannya. Perlakukanlah orang lain dengan baik, lembut, dan dengan hormat serta penuh pertimbangan. Mereka akan memberi respons yang positif, dan jika mereka kebetulan karyawan kita, mereka akan bekerja lebih keras dan lebih produktif. Sebaliknya, jika Anda menyiksa mereka, mereka tidak akan dapat melakukan yang terbaik.